Our Stories #2: Istikhara then Bismillah

December 02, 2022


Baiklah, setelah terjeda 6 bulan, mari kita lanjutkan hutang cerita saya yang dipertemukan dengan seorang laki-laki dari benua nan jauh disana, yang mbelan-mbelani untuk datang ke Indonesia demi menikah dengan perempuan yang sama sekali belum pernah ditemuinya di dunia nyata

Istikhara Untuk Mengambil Keputusan

Setelah sekian banyak menjawab pertanyaan-pertanyaan dari mas Abdellah, begitu juga sebaliknya si mas sudah menjawab banyak pertanyaan-pertanyaan yang Hamzah ajukan. Akhirnya pembicaraan sengaja diarahkan Hamzah as mediator kearah yang lebih serius. Hamzah bertanya kepada mas Abdellah soal apakah dia benar-benar ingin melanjutkan semua proses ini ke jenjang yang lebih serius? Yang kemudian dijawab oleh ybs, "Yes, I do Insya Allah. How about you?". Karena ini menyangkut soal saya, Hamzah tidak serta merta langsung mengiyakan, dia minta waktu agar bisa berdiskusi dengan keluarga dan agar saya bisa beristikhara sebelum nantinya memutuskan untuk melanjutkan semuanya.


Karena memang sampai proses ini, saya belum dilibatkan sama sekali. Baru setelahnya Hamzah dan ummi mengabari saya soal adanya laki-laki "dari jauh" yang ingin ta'aruf dengan saya seperti yang saya ceritakan di tulisan sebelumnya (Our Stories: The Begining). Hamzah menyarankan saya untuk melakukan sholat Istikhara, tak lupa dia mengingatkan saya kembali "Mba', sholat Istikhara itu dilakukan bukan untuk minta dikasih jawaban oleh Allah lewat mimpi. Pertimbangan jawabannya tetap berdasarkan masukan dari orang-orang disekeliling, berdasarkan hal-hal syar'i dan tidak keluar dari koridor agama. Nah, sholatnya dilakukan agar diberi ketetapan hati sebelum menjalankan apa yang sudah diputuskan. Artinya dengan beristikhara, kita memasrahkan semua baik dan buruk yang terjadi setelahnya semata-mata merupakan bagian dari rencana Allah.".


Saya minta waktu seminggu untuk mempertimbangkan dan shalat Istikhara seperti yang disarankan Hamzah. Melihat pertimbangan dari ummi, abi dan Hamzah yang sepertinya ingin melanjutkan niat baik ini dengan mas Abdellah, saya pun banyak-banyak berdo'a ke Allah "Kalau memang engkau redha, permudah semuanya ya Allah.". Tepat sepekan kemudian di hari senin, saya langsung mengabari ummi & Hamzah agar melanjutkan ikhtiar yang sedang mereka usahakan untuk saya.


Mahar dan Biaya Walimah

Nah, sebenarnya ketika sedang menunggu jawaban dari saya, Hamzah masih melanjutkan komunikasi dengan si mas. Karena waktu itu, mas Abdellah bertanya soal mahar apa yang umumnya digunakan di Indonesia. Hamzah menjawab dengan bilang, "Biasanya soal mahar ini harus didiskusikan terlebih dahulu dengan keluarga inti. Tapi yang jelas, maharnya bukanlah sesuatu yang memberatkan si calon suami." Then, Hamzah mengingatkan juga sabda nabi bahwa meskipun begitu, sebaik-baik laki-laki adalah yang memberikan mahar yang terbaik. Dia juga menambahkan, bahwa umumnya di Indonesia maharnya berupa mas kawin (perhiasan emas) dan ada juga uang tunai untuk biaya pernikahan.


Kemudian si mas bertanya soal berapa kira-kira taksiran biaya pernikahan di Indonesia? Hamzah tidak buru-buru menjawab, dia bertanya balik kepada ybs soal berapa besaran gaji bulanan ybs. Setelah dijawab, Hamzah yang memang kurang tahu menahu memutuskan untuk mendiskusikannya dulu dengan ummi sebelum memberikan jawaban. Ummi pun mencoba riset ke teman-temannya yang sudah pernah menikahkan anaknya untuk bertanya soal taksiran biaya pernikahan. Keesokan harinya, Hamzah memberikan balasan taksiran biaya pernikahan yang sudah disederhanakan sedemikian rupa oleh ummi, karena ummi tidak ingin memberatkan ybs.


Sampai sini, sebenarnya sempat ada kejadian yang bikin Hamzah takut. Karena setelah diberi balasan soal taksiran biaya pernikahan dan pesan tsb sudah dibaca ybs, tetiba akun ybs menghilang dari platform ta'aruf online tsb. Hamzah sempat mengira, apa ybs memutuskan mundur karena besaran biayanya? Dia bahkan cerita ke saya, "Mas jujur sedih banget loh mba', jujur mas udah yakin banget sama mas Abdellah karena sepertinya dia orangnya baik banget. Tapi mas cari-cari akunnya memang menghilang, gak ada sama sekali. Bahkan di histori percakapannya pun nggak ada. Mas sampai sholat trus do'a sama Allah biar diberikan yang terbaik.".


Alhamdulillah bii idznilllah, sore harinya Hamzah dapat balasan dari ybs. Mas Abdellah menyampaikan bahwa dia tidak mempu menyanggupi besaran biayanya jika sekian, beliau juga memberitahukan jumlah yang mampu disanggupi untuk mahar adalah sekian dan untuk biaya pernikahan adalah sekian. Menerima jawaban itu, Hamzah langsung mendiskusikannya dengan orang tua. Dan dengan berbagai pertimbangan, salah satunya mengingat si mas juga orang jauh yang pastinya kalau ini tetap akan dilanjutkan artinya ybs harus siap datang ke Indonesia yang tentunya juga akan memakan banyak biaya. Ummi minta Hamzah bertanya apa si mas bersedia untuk datang ke Indonesia dan melakukan pernikahan disini? Yang kemudian disanggupi beliau. Hamzah juga memastikan kembali soal berapa mahar dan berapa biaya pernikahan yang disanggupi ybs. Baru setelahnya Hamzah balas, "Baiklah, saat ini kakak saya sedang melakukan Istikhara, Insya Allah hari Senin akan dikabari lagi jawabannya.". Si mas pun paham dan bersedia menunggu hari Senin untuk menerima jawaban dari saya.


Bismillah Melanjutkan Niat Baik

Hari senin tepatnya 16 November 2020, setelah saya memberikan jawaban, Hamzah bergegas menghubungi ybs. Hamzah mengalihkan percakapan agar lebih privat via Whatsapp. Tapi jangan dikira saya bertukaran nomer whatsapp dengan si mas. We still try to maintain the distance agar tidak keluar dari koridor syar'i. Hamzah kasih nomer WAnya ke si mas, jadi yang berhubungan tetap Hamzah as mediator kami, dan si mas sebagai sang calon suami. Di whatsapp, Hamzah langsung menyampaikan bahwa saya dan keluarga Insya Allah tetap melanjutkan niat baik ini, bagaimana dengan si mas dan keluarganya??? Mas Abdellah bilang, Insya Allah dia dan keluarganya juga akan melanjutkan semua proses. Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillah...


Perkara mahar dan biaya nikah selesai, karena memang sejak awal niatnya semua dilakukan untuk beribadah. Orang tua saya tidak ingin mempersulit perkara mahar anak orang, karena keduanya sadar betul bahwa mereka punya 2 anak laki-laki yang suatu hari juga akan menikah. Dengan mempermudah persoalan mahar pernikahan anak perempuannya, terselip do'a semoga kelak ketika anak-anak laki-lakinya akan menikah, yang jadi  calon istrinya juga akan mempermudah persoalan maharnya. Karena makin kesini kan makin banyak orang tua ribet yang menjadikan mahar dan biaya nikah sebagai ajang bermewah-mewah dan bermegah-megah. Tanpa melihat kebelakang soal yang diajarkan baginda Nabi shalallahu'alaihi wassalam itu seperti apa. Izinkan saya mengutipnya agar jadi pengingat kita semua:


"Sebaik-baik mahar ialah yang paling mudah." (H.R. Abu Daud no.2117)


Kalau memang mahar 70 juta mudah untuk si lelaki ya silahkan, tapi jika ybs keberatan dan hanya sanggup 700 ribu ya permudahlah. Insya Allah keberkahan yang terjadi setelah pernikahan tentu lebih diinginkan kan? Intinya, jangan sampai orang tua jadi berdosa karena menghalangi orang yang ingin beribadah menyempurnakan separuh agamanya. Apalagi ketika yang datang adalah seorang laki-laki sholeh dan baik agamanya.


Oke, kira-kira segitu dulu untuk hari ini. Semoga ada hikmah dan pelajaran yang bisa diambil. Insya Allah tulisan ini masih akan saya lanjutkan, karena memang perjalanan kami sampai ke pernikahan bahkan setelahnya pun sangat berliku-liku. Kerasa banget lah pokoknya susahnya menikah dimasa pandemi. Tapi apapun itu, we try our best to continue our journey until we reach our final destination, syurga-Nya Allah subahanahu wata'ala. Semoga hari-hari kalian menyenangkan...^^

No comments:

Powered by Blogger.