Puasa Tapi Pacaran?

April 02, 2023
Sebenernya pengen ngebahas ini gegara kemarin nonton youtuber yang ngebahas sebuah screenshot postingan tiktok seseorang yang ditanyain "Kamu puasa kok pacaran?" trus dengan santaynya ngejawab "Kami gak pacaran tapi komitmen." Hmmm, mulutnya. Pengen nyaut rasanya, "Komitmen gundulmu! Komitmen itu menikah then jalani dengan niat ibadah sampai akhir usia, bukan pacaran yang jelas-jelas dosa!!". Eh, tapi lagi puasa ding, tydac boleh marah-marah.

Then disusul lagi sebuah postingan di sebuah fanbase twitter dimana ada yang bertanya soal fenomena ABG jaman now yang ngakali "putus sama ayang selama Ramadhan" biar puasanya di terima, tapi kelar Ramadhan jadian lagi. Sebuah hal yang amat sangat jelas bodohnya kalo kata saya. Nanti kita bahas dimana letak stupidity-nya biar yang masih pacaran atau pura-pura putus selama Ramadhan tercerahkan.

Dan lagi tetiba beberapa hari yang lalu masih dalam rangka Ramadhan, juga ada salah satu ABG (adek binaan saya di Indonesia) yang saya tau sekali ybs masih pacaran, post WA story dengan caption "Mau seganteng apapun cowok ganteng diluar sana, cowokku tetep yang paling ganteng." tak lupa tag akun sosmed ayanknya. Nampaknya kali ini luput dari sensor pembatasan story, karena biasanya adek-adek ABG lucu jaman sekarang pasti ngebatesin orang-orang yang bisa liat "story bandalnya". Memastikan tidak diketahui orang tua, saudara, guru, dlsb. Apalagi disini saya sebagai guru nggaji ybs.

Sebuah postingan yang lagi-lagi men-triger dalam batin untuk ngebalesi, "Kalau statusnya cuma cowok doang dalam bingkai pacaran sih tetep gak ganteng lah, hehe. Gantengan lakik aku, suami halal akuuuhhh. Yang dengan gagah datang menempuh perjalanan 26jam untuk menghalalkan anak gadis orang dibelahan bumi lain. Itu baru ganteng maksimal!". Lagian somehow saya tau siapa ayangnya, karena juga masih murid ngaji di rumah. Dan doi ya biasa aja, mungkin jadi terlihat ganteng karena dibutakan cinta monyet. Hehe. Lagian ini Ramadhan loh, bangga bener ngumbar-ngumbar maksiat.

Nah, balik ke pembahasan. Sebenernya fenomena "putus selama Ramadhan" ini bukan hal baru. Saya pernah dengar hal serupa ketika berkawan dengan temen-temen yang pacaran ketika duduk dibangku SMA. Alasannya standar, biar puasanya diterima. Sebuah fenomena yang kocak sebenernya. Karena dari sini bisa ditarik kesimpulan kalau sebenernya para pelaku pacaran ini banyak yang sadar lahir dan batin, bahwa yang namanya pacaran itu kemaksiatan. Dan kita tidak bisa menggabungkan maksiat dengan amal karena jelas akan sia-sia. Apalagi kan yang jadi soalan disini, putusnya ini cuma pas Ramadhan doang dan sudah diniatkan balikan lagi setelahnya. Pertanyaannya, apakah yang beginian masih dihitung pahalanya?

Well, saya ajak kita menilik hadits favorit saya dulu aja dah. Perkara niat dalam ibadah, Arba'in Nawawi hadits pertama. Kalian bisa googling lafadz lengkapnya, tapi pada intinya ini hadits menjelaskan detail sekali soal niat. Bahwa setiap manusia akan mendapatkan apa yang diniatkannya. Jadi ketika melakukan sesuatu diniatkan untuk beribadah, ya tentu dia akan memperoleh hasil dari melakukan sesuatu tersebut dan pahala ibadahnya.

Dalam hadits dikasih contoh perbuatan ketika seseorang berangkat hijrah dengan niat untuk dunia atau perempuan yang ingin dinikahi, maka dia akan mendapatkan hal tersebut sesampainya disana, tapi tidak akan ada ganjaran pahala atas hijrahnya. Sebaliknya jika hijrahnya juga diniatkan karena Allah dan rasul-Nya, maka diluar ybs mendapatkan dunia dan menikah dengan perempuan yang diingin, ybs juga akan mendapatkan ganjaran pahala karena keikhlasan hijrah lillahi ta'ala.

Tapi gaes, yang terjadi disini kan menggabungkan dua niat yang kontradiktif. Pertama, si kawan niat putus dengan ayang untuk puasa Ramadhan, yang ini bagus. But at the same time, si kawan juga niat balikan lagi setelah selesai puasa Ramadhan, yang artinya balik meniatkan akan melakukan kemaksiatan lagi dong. Kalau dilogika aja deh, yang terjadi itu jadi begini, kamu puasa dan karena tidak pacaran, anggaplah itu berpahala dan puasanya diterima. Tapi ketika maksiatnya jalan lagi selesai ramadhan, dosanya pun ngalir lagi dan bisa jadi lebih banyak dari pahala yang didapatkan selama berpuasa di bulan Ramadhan. Karena kamu kembali melakukan perbuatan yang kamu sadar itu maksiat. Sepaham saya, orang yang melakukan sesuatu padahal tahu dan sadar itu dosa, maka Allah membebaninya dosa dua kali lipat dari yang tidak tahu.

Artinya apa? Artinya semua sia-sia, gak ada benefit-nya kalian puasa sebulan penuh. Cuma dapat lapar, dahaga dan rasa happy makan takjil. Selebihnya nol besar atau bahkan nombok alias minus. Puasa atau gak puasa sama aja, cuma beda di gugurnya kewajiban kamu sebagai muslim untuk puasa di bulan Ramadhan. Tapi gak akan diterima Allah apalagi diganjar pahala. Lagian berani-beraninya ngakalin syari'at Allah. Jangan lupa gaess, Allah itu Maha Mengetahui. Sekalipun kamu ngeles dengan menyembunyikan niat untuk balikan lagi sama ayang setelah Ramadhan, pastilah Allah sudah mengetahui itu jauuuuuhhh dilubuk hatimu. Dan itu tidak akan pernah luput dari penilaian-Nya.

Belum lagi semisal ada yang lebih kocak dengan pandai-pandai bikin aturan, "Beb, mulai sahur sampai buka puasa kita putus dulu ya, biar puasa kita diterima. Tapi nanti kalau udah buka puasa kita chat-chat'an lagi sampai menjelang sahur.". Well, another level of stupidity. Ini akibat kalo otaknya kebanyakan terpapar konten negatif di sosial media. Gak masoook nalarnya.

Kalau yang ikut trend "putus selama Ramadhan" ini aja puasanya sia-sia, sudah pasti kamu yang puasa dan tetep jalan pacarannya apalagi naudzubillah min dzalik ikutan agenda ber-khalwat selepas sahur, atau jalan-jalan ngabuburit sama ayang menjelang buka puasa, sudah pasti lebih sia-sia dan lebih berdosa. Karena seperti yang saya sebutkan sebelumnya yang namanya amal itu tidak bisa diiringi dengan maksiat. Dan dalam islam jelas sekali bahwa kita tidak boleh mencampurkan kebaikan dengan kebathilan.

Pacaran itu jelas maksiat ya, we must agree with this karena ada syahwat yang bermain ketika dua insan berpacaran. Jangankan kalian yang tetep pacaran saat puasa, buat yang sudah menikah saja ada kok perintah untuk saling menahan diri selama melaksanakan ibadah puasa. Bukan berarti kami bebas terabas lepas "yang-yang'an" selama puasa karena sudah menikah. Well, kenapa? Karena fadhilah berpuasa bukan hanya terletak pada menahan lapar dan dahaga tapi juga menahan diri dari segala hawa nafsu lainnya yang bisa merusak hubungan manusia dengan Tuhannya.

Ya pada intinya saya cuma mau bilang, buat kamu yang pacaran dan kepikiran ngikutin trend "putus selama Ramadhan" tadi atau bahkan sekarang lagi di fase melakukan hal tersebut, yakin wes itu tetap sia-sia. Tetap tidak berpahala dan akhirnya tetap memupuk dosa. Ingat, yang butuh puasa itu kamu, kalo Allah mah gak butuh. Trus kalau kamu tetep ngeyel dan setelah baca ini berlogika keminther, "Dahlah, tetep pacaran aja kalau begitu. Dan gak usah puasa sekalian, toh kalau puasa juga bakal sia-sia, cuma laper dan haus doang." Eitttss, jangan lupa bahwa puasa di bulan Ramadhan itu kewajiban. Dan yang namanya kewajiban ketika ditinggalkan pasti berdosa. Artinya kalau kalian memutuskan gak puasa dan tetep lanjut pacaran jadi dapat combo dosa, dosa tidak berpuasa dan dosa berpacaran. Yakin sanggup nanggung bebannya di akhirat???

Oke, mungkin segitu dulu untuk tulisan pertama di awal 2/3 Ramadhan kali ini. Semoga kalian tetap semangat berpuasa dan menjalankan perintilan-perintilan ibadah Ramadhan lainnya. Jangan malas melakukan kebaikan dan jangan pernah merasa berat untuk mencoba bangkit melepaskan diri dari kemaksiatan. Karena yakinlah, Allah akan mengganjar kalian dengan pahala berlipat ganda sesuai dengan strugle yang kalian hadapi ketika membebaskan diri dari berbuat maksiat. Fastabiqul khairat sampai nafas terakhir yupz...^^

No comments:

Powered by Blogger.