Our Stories #1: The Begining


Kalau ada orang yang bertanya ke saya, pernah gak sih ngebayangin bakal punya suami bule? Or have you dream about having a husband who is a foreign? Well, jawaban saya "gak pernah mimpi apalagi membayangkan". Saya bahkan gak pernah mikirin nanti saya menikah dengan siapa, kapan dan dimana. Tapi satu hal yang saya yakini, aliran takdir pasti akan mengantarkan saya untuk bertemu dengan dia yang namanya tercatat di lauhil mahfudz sebagai sang pemilik tulang rusuk.

Jadi, bagaimana ceritanya saya bisa dipertemukan dengan seorang laki-laki yang rela menempuh perjalanan selama 26jam untuk menikahi seorang perempuan yang bahkan belum pernah ditemuinya di dunia nyata? Well, here's the begining of our love stories.

2020: Pandemi dan Ikhtiar Menjemput Jodoh

Cerita dimulai dipenghujung tahun 2020, tepatnya di awal bulan November 2020. Ummi, Abi & Hamzah yang semakin risau dengan kondisi saya, si anak gadis sulung di keluarga yang belum juga menanggalkan status lajangnya, padahal Maret tahun depannya usia saya sudah akan menginjak 27 tahun.

Memang tidak ada batasan berapa usia maksimal seseorang untuk menikah, tapi bagi orang indonesia yang amat menjunjung tinggi nilai ketimuran, usia 25 tahun setidaknya adalah batas maksimal seorang perempuan untuk menikah. Lebih dari itu, maka mereka harus siap lahir dan batin untuk menerima "omongan" dari orang-orang yang tidak paham bahwa urusan jodoh itu hak prerogatif-Nya Allah. Berusaha sekeras apapun, kalau memang belum jodoh, ya belum akan menikah.

Dan itu yang terjadi pada saya. Kalau dibilang tidak berusaha, ya nggak juga. Saya yang paling tahu bagaimana berusahanya keluarga saya untuk membantu saya agar segera menikah. Saya masih ingat bahkan dipertengahan tahun 2019, Ummi meminta saya untuk mengisi sebuah biodata ta'aruf, yang maksudnya ingin diikhtiarkan untuk dilepas ke tangan para asatidz-asatidzah kenalan Ummi dan Abi, dan bahkan kenalan adik saya, Hamzah.

Tapi pada akhirnya, seminggu, sebulan, dan setahun berlalu, hingga pandemi menyapa Indonesia dan membuat muram wajah masyarakat dunia, belum juga nampak tanda-tanda biodata ta'aruf saya berbalas. Hal ini pasti membuat keluarga saya, terutama Ummi dan Abi semakin risau. Karena mau bagaimanapun usia saya semakin bertambah. Dimana semakin bertambahnya usia seorang perempuan, katanya semakin kecil pula kemungkinan seorang laki-laki akan datang untuk meminangnya.

Puncaknya, Ummi dan Hamzah kemudian mengumpulkan keberanian dengan mencoba ikhtiar terakhir yang bisa dibilang cukup nekat dan sedikit gambling, yaitu mendaftarkan saya di sebuah platform ta'aruf online internasional dengan membership berbayar tanpa sepengetahuan saya. Saya gak bisa spill apa namanya, karena To be honest saya tidak pernah setuju dengan keputusan mereka mendaftarkan saya disebuah platform ta'aruf online tersebut. Kenapa?

Ta'aruf Online? Is That Legit?

Well, di pertengahan tahun 2020 ummi & Hamzah juga pernah mendaftarkan saya di sebuah platform ta'aruf online, dengan jangkauan member sebatas di Indonesia. Dan selang beberapa hari setelahnya, saya meminta Hamzah untuk menghapus akun saya. Karena jujur saya merasa malu foto-foto saya yang diunggah di platform dilihat oleh berbagai pasang mata laki-laki yang meskipun saya tahu mereka juga sedang mencoba berikhtiar agar bisa bertemu dengan jodohnya. Selain itu saya juga takut jika ada orang-orang jahat yang bergabung hanya untuk main-main, tidak serius, sekedar flirting yang membuat plaform ta'aruf online ini jadi makin jauh dari kata syar'i.

Makanya, ketika mereka mencoba mendaftarkan saya kembali sebagai bentuk ikhtiar membantu saya agar segera menikah, Ummi dan Hamzah memutuskan untuk merahasiakannya dari saya. Yang meskipun pada akhirnya saya tetap tahu dan bahkan hal ini menyebabkan saya marah besar kepada mereka yang saya anggap tidak peduli dengan pandangan saya yang menolak untuk didaftarkan ke platform ta'aruf online apapun itu.

Tapi kemarahan saya waktu itu tidak sampai berlarut-larut, karena 5 hari setelahnya, Ummi dan Hamzah memutuskan untuk membuka semuanya, termasuk menjelaskan alasan mereka memaksa mendaftarkan saya ke platform ta'aruf online tersebut meskipun mereka tahu saya pasti akan sangat menolak dengan keras.

Penjelasan ummi waktu itu benar-benar membuat saya malu karena sudah su'udzhon dengan ummi sekaligus sedih. Saya gak bisa cerita dengan detail apa alasan beliau, tapi pada intinya, ummi sudah lelah minta tolong ke orang lain tapi tidak kunjung mendapatkan solusi, malah semakin dibikin kecewa. Maka ummi memutuskan untuk turun tangan sendiri mencarikan dan menyeleksi langsung laki-laki yang akan jadi calon suami anaknya.

Disitu Hamzah juga ikut nimbrung dengan mencoba menyuguhkan kepada saya hujjah, bahwa tidak apa-apa memajang foto disebuah platform ta'aruf online dengan tujuan ikhtiar menjemput jodoh. Hamzah mengutip ceramah ustadz Salim A. Fillah yang bilang; ibaratnya seseorang sedang jualan, tentunya agar pembeli yakin dengan barang yang dia beli, dia harus melihat seperti apa barang dagangan si penjual. Itu kenapa nadzhar (melihat) menjadi bagian dari rangkaian proses ta'aruf menuju pernikahan. Agar baik laki-laki dan perempuan yang akan menikah semakin yakin dengan calon pasangan yang akan dia nikahi. Tentunya, melihat dengan tetap menjaga batasan-batasan syar'i ya dan tidak melihat aurat sesamanya.

Hamzah juga meyakinkan, kalau foto-foto saya yang dia unggah di platform tersebut adalah foto-foto biasa yang tidak berlebihan baik pose maupun ekspresinya. Bahkan ketika sekarang saya coba tanya ke suami soal apakan foto-foto saya yang dulu diunggah Hamzah di platform ta'aruf online tersebut berlebihan? Kata dia, nggak, just normal pictures.

Laki - Laki dari Negeri Al-Maghribi

Oke lanjut. Setelah saya menerima dan membuka hati dengan ikhtiar yang sedang dijalankan oleh ummi dan adik laki-laki saya, baru kemudian mereka masuk ke pembahasan yang penting. "Mba' ini ada yang mau serius, tapi dia orang jauh." Karena memang sejak awal, saya tidak tahu kalau platform ta'aruf online yang mereka daftarkan kali ini cakupannya internasional, saya kira sama seperti yang lalu.

Dan lagi, selama 5 hari terakhir, ternyata Ummi dan Hamzah sudah melakukan filterisasi semua pesan permintaan ta'aruf yang masuk. Mereka benar-benar selektif dalam merespon dan memeriksa setiap balasan dengan seksama. Hamzah bahkan cerita ke saya, ada laki-laki yang nampak serius tapi ketika ditanya soal sholatnya, ternyata tidak terjaga. Atau ada juga laki-laki lain yang shalatnya terjaga, tapi ternyata sedang mencari istri kedua. Dan banyak cerita-cerita lucu lainnya yang gak mungkin saya ceritakan semuanya disini.

Intinya, dari semua permintaan yang sudah di filter, ada satu obrolan yang cukup menarik hati ummi dan Hamzah. Dari Abdellah, seorang jejaka berusia 33 tahun berkebangsaan Maroko. Akhirnya Hamzah pun mencoba menggali lebih dalam dari yang bersangkutan melalui percakapan chat yang disediakan platform ta'aruf online tersebut. Oiya, btw sejak awal Hamzah membuatkan akun saya, dia berterus terang mencantumkan di profil biodatanya kalau akun saya ini di-manage oleh adik laki-laki saya, jadi semua pesan akan dibalas oleh Hamzah karena akun bukan dipegang oleh saya pribadi.

Hamzah juga mengirimkan saya file PDF yang berisi histori percakapan chat antara dirinya (mewakili saya) dan mas Abdellah. And the good news, hampir semua yang ingin saya tanyakan sudah disampaikan oleh Hamzah. Mulai perkenalan diri, background pendidikan, pertanyaan tentang keluarga, visi-misi pernikahan, hobi, pandangan soal poligami, apa itu syiah dan yang terpenting "apakah kamu sholat 5 waktu di masjid?".

Baiklah, mari kita stop sampai disini. Gak kerasa saya sudah menulis cukup panjang, dan agaknya cukup untuk pemanasan. Karena perjalanan kami masih sangat berliku dan terlalu sayang untuk dillewatkan. Apalagi saya memang sudah berazzam sejak awal, jika niat baik kami ini berakhir dengan pernikahan, saya akan abadikan semuanya di blog. Jadi buat yang penasaran lanjutannya bagaimana, Insya Allah akan saya lanjutkan dikesempatan berikutnya. Kalau ada yang mau dikepo-kepo boleh tinggalkan jejak di kolom komentar, Insya Allah saya coba jawab dengan sebaik-baiknya...^^
Emjannah
Perempuan absurd berusia 28 tahun (march 2022), yang kerap mengandalkan mood tiap mau nulis blog. Isinya kadang lawak, kadang serius, kadang curhat, kadang puitis. Tapi seringnya sih nyampah sama tulisan - tulisan tentang kesehariannya yang biasa - biasa aja.

Related Posts

Post a Comment