Maroko dan Toiletnya

Post a Comment



Dari sekian banyak ide tulisan di kepala berkaitan dengan life experience saya selama hampir 3 minggu tinggal di Maroko, saya putuskan untuk ngebahas pertoiletan di Maroko. Kenapa? Karena masalah pertoiletan ini memang merupakan first experience yg cukup membekas begitu saya menjejakkan kaki di Maroko.

Btw, like what i mention in the other post. Saya tiba di Maroko tanggal 13 November 2022 dini hari, setelah melakukan penerbangan menggunakan Air Arabia Maroc from Turkey to Fez International Airport. Yes, salah satu alasan suami membuat perjalanan merantau ini mampir Turki dulu, selain untuk menghemat ongkos adalah juga agar bisa tiba langsung di bandara kota tempat tinggal suami. Karena biasanya penerbangan langsung dari Indonesia ke Maroko, turunnya di bandar Mohammed V - Casablanca. Sementara dari kota tsb ke kota suami masih nyambung lagi naik kereta api ± 6 jam'an. Makan lebih banyak biaya dan juga waktu.

Nah as soon as i arrived at the airport, saya yang memang udah bad mood sejak di pesawat gegara ndilalah'e dapat pesawat yang pendinginnya ntah rusak atau gimana, pokok'e puanas'e nggak nggenah-nggenah. Saking panasnya, kepala rasanya pusing dan ndenyut luar biasa macam kekurangan oksigen. Akhirnya saya yang setelah berangkat sesak pipis, udah nggak selera untuk pipis di toilet pesawat. Memilih untuk mencoba lelap sambil menahan gerah selama 4 jam berikutnya. Makanya begitu sampai bandara, toilet adalah tempat pertama yang saya cari. Bahkan sebelum pemeriksaan petugas imigrasi maroko untuk kasih cap VISA masuk di passport saya.

Ekspektasi saya, namanya toilet bandara pasti gak beda jauh lah ya sama toilet bandara kebanyakan; resik, kinclong dan wangi. Karena ada petugas kebersihan yang stand by 24jam memantau. Apalagi sekelas bandara internasional. Seperti saat saya mampir pakai toilet di Kualanamu, Soeta, Turki, even ketika sekedar transit di Doha. Dan namanya orang udah kebelet pipis sejak tadi, begitu nemu toilet yang kosong tentu prioritasnya ya buang hajat dulu. Apalagi sudah ditahan-tahan sejak 4 jam yang lalu. Nah, kelar pipis baru saya tinguk-tinguk kanan kiri cari semprotan air atau keran cebok otomatis yang biasanya ada di sebelah kanan toilet duduk. Dan surprise! Nggak ada sama sekali dong, nggak ada semprotannya juga nggak ada keran cebok otomatis yang biasa jadi satu sama si toilet. Adanya cuma roll tisu yang kebetulan masih banyak di sebelah kanan saya.

Yang jadi masalah saya ini kan pipis, gimana caranya istinja’ dari hadas pipis pakai tisu?? Kan keburu kering duluan pas nyariin semprotan air. Sementara bekas pipisnya tetap harus dibersihkan dengan air bersih biar nggak pesing dan najis. Pusing kepala berbie. Teringat di jaket ada botol air kecil, tapi jaketnya dititip ke suami di luar. Mau ngehubungi suami, lha hape saya kan miskin koneksi karena baru sampai di negara orang.

Setelah mikir lama, akhirnya saya ngide, saya flush dulu pipisnya 2 kali untuk mastiin bener-bener bersih toiletnya. Trus saya ambil tisu agak banyakan, then saya lipat-lipat jadi separuh telapak tangan. Baru saya flush toiletnya sekali lagi, nah air yang keluar dari flush itu saya buat basahin tisu yang saya ambil. Tisu basah tsb yang akhirnya saya pakai untuk istinja’ membersihkan diri dari najis pipis. Saya lakukan dua kali untuk make sure sudah bener-bener bersih dari najis. Karena to be honest, saya nggak yakin apakah ini bisa disebut istinja’ atau nggak. Tapi ya daripada nggak sama sekali. Soalnya beneran nggak kebayang dikepala saya, kelar pipis nggak cebok pakai air trus langsung dipakai lagi celananya. Feel eewwwwww, aku kotor dan penuh dosaaaa.

Makanya begitu keluar toilet saya langsung ngomel ke suami, "i tought i don't like the toilet in Turkey, but now i hate more the toilet in here! They don't provide water for you to clean yourself. Even everyone in the world know that Morocco is a country with 99% populations are moslem?!". Iya, beneran nggak habis pikir. Di negara yang katanya mayoritas penduduknya muslim (sama seperti Indonesia), tapi toiletnya tidak friendly dengan muslim yang butuh air untuk istinja’. Suami yang denger saya ngomel cuma bisa say sorry trus jelasin kalau kata dia memang sebagian besar toilet disini begitu bentukannya, apalagi kalau judulnya udah public toilet a.k.a toilet umum. Beneran jangan expect bakal ada air untuk ceboknya wes.

Dan memang terbukti, ketika kami ke Stasiun dan saya mau pakai toilet mulai dari Stasiun Fes, Stasiun Rabat dan Stasiun Casablanca, all of them are the same. It's just plain toilet with only some tissue available if you are lucky. Kenapa saya bilang tisunya ada kalau beruntung, karena seringnya udah kosong nggak langsung diganti petugas kebersihannya. Jadi penting banget untuk bawa tisu sendiri untuk jaga-jaga, atau pastikan dulu soal ketersediaan tisu di kamar mandi sebelum kita mulai setoran. Kan nggak lucu udah setorannya yang berat-berat alias Pup, taunya mau cebok nggak ada tisu sama sekali, eeewwww.




Yang lebih lucu lagi, biasanya kan kalau kita ke toilet umum ada dua pilihan toilet. Mau yang duduk atau yang jongkok. Sama seperti di Indonesia, ketika saya mampir Doha, Turki even now in Morocco, pilihan toilet ini tetap ada. Malah kalo di Indonesia kan mostly toilet jongkoknya udah pakai flush otomatis yang persis seperti toilet duduk, nah di Maroko ini untuk yang toilet jongkok flushnya masih manual. Trus saya kebayang dong, kalo mereka nggak menyediakan air kan nggak mungkin. Makanya pas kapan hari saya di Stasiun Fez untuk berangkat ke Casablanca sengaja nyoba pakai yang toilet jongkok. Ternyata ada dong keran dan ember kecil untuk flushnya. Tapi ya sebatas itu doang, nggak ada gayung atau mangkok kecil untuk cebok, ceboknya tetep pakai tisu yang juga disediakan disitu. Aneh banget kalo kata saya.

Jadi, apakah orang-orang sini nggak pernah cebok pakai air sama sekali??? Well, kalau toilet diluar sih sepertinya begitu. Tapi untuk toilet di rumah pribadi sepanjang yang saya perhatikan ketika mengunjungi rumah si mas, keluarga-keluarganya yang lain; abinya, paman dan bibinya, semuanya providing water to do istinja’. Ya meski di beberapa tempat istinja’nya tetep nggak selelusa kita di Indonesia. Kudu nampung air dulu di gayung, trus pas pakai toilet duduk harus pinter atraksi memposisikan diri biar bisa nyiram air dari gayung sambil duduk tanpa membasahi lantai. Karena model toiletnya itu toilet kering dimana WC dan shower itu berada di area yang berbeda.

Ah, toilet masjid juga termasuk toilet yang menyediakan air untuk istinja’. Yaiyalah, kebacut bener kalau masjid yang merupakan tempat ibadah nggak memfasilitasi jama'ahnya untuk bersuci dari hadas dengan air. Jadi memang amannya sebelum kalian jalan-jalan keluar mending pastikan urusan toilet sudah dilakukan di rumah, then keluar dalam keadaan enteng, jangan terlalu banyak minum biar nggak keburu kebelet, karena toilet umum disini sangat tidak bersahabat.

Bisa jadi toilet disini bentukannya pada begini pun karena warisan budaya negara yang pernah menjajah Maroko di masa lalu. Yes, kalian bisa baca di wikipedia, kalau Maroko ini bekas jajahan Prancis yang merupakan bagian dari benua Eropa. Kita semua tahu di negara-negara Eropa yang katanya sudah pada maju semua, memang orang-orangnya pada nggak hobi cebok pakai air, pokoknya tisu adalah jalan ninjanya (eh, ceboknya). Jadi ya harap maklum lah.

Selama disini saya malah kepikiran untuk beli gayung kecil trus stand by di ransel, jadi tiap keluar-keluar bisa nyaman pakai toilet umum. Tapi belum kebeli karena belum ketemu. Jadi untuk saat ini, memang lebih memilih nahan pipis sampai balik ke rumah. Kalaupun tidak tertahan ya ngakalin istinja’nya seperti tadi, nadah air flush pakai tisu buat cebok. Daripada tidak sama sekali. Setidaknya saya lebih bersih daripada kebanyakan orang sini yang nggak cebok pakai air sama sekali. Kalaupun kurang bersih, semoga Allah memaafkan saya karena bukan kemauan saya untuk cebok begitu, tapi memang dipersulit regulasi pertoiletan umum di negara ini.

Yah, kira-kira begitu dulu tulisan saya untuk hari ini. Setidaknya bisa kasih gambaran buat kalian. Mana tahu suatu hari nanti ada yang mau main kesini, biar nggak terkaget-kaget ketika lihat toiletnya pada nggak bersemprotan air. Semoga tulisan ini juga bisa bikin kalian yang di Indonesia semakin banyak bersyukur, at least kalian tinggal di negara yang toiletnya masih muslim friendly.^^


*Image source: bing.com
Emjannah
Perempuan absurd berusia 28 tahun (march 2022), yang kerap mengandalkan mood tiap mau nulis blog. Isinya kadang lawak, kadang serius, kadang curhat, kadang puitis. Tapi seringnya sih nyampah sama tulisan - tulisan tentang kesehariannya yang biasa - biasa aja.

Related Posts

Post a Comment