Are You Indonesian?

Post a Comment
4 hari lagi (per-tanggal 13 April) nanti, Insya Allah persis 5 bulan sudah saya tinggal di Maroko. Sudah hampir setengah tahun dan sedikit banyak sudah lebih familiar dengan environment lingkungan, orang-orang dan lifestyle-nya. Kalau ditanya kangen Indonesia? Ya pasti masih kangen, tapi sudah lebih mampu mengkondisikan perasaan untuk lebih nerimo keadaan lah. Nangis-nangis karena kangen juga udah gak lagi, mentok nangis terakhir ya gegara caper aja ke suami. Wkwk. Maklum katanya bumil kan sensitif yupz, hal sepele aja bisa jadi masalah gede banget. Untung punya suami sabar dan ngemong sekali, sampai saking frustasinya kalau udah lihat istrinya nangis, doi bakal bilang "I don't really like you crying habibati, it'll hurt you and i feel hurt so much also when see you cried...". Tapi ya begitulah, tetap aja drama. Hehe.

Btw, hari ini saya happy karena untuk pertama kalinya dalam 5 bulan ada orang sini yang tauu kalau saya adalah orang Indonesia. Sebenarnya sejak sebelum berangkat saya pernah ngobrol soal ini ke suami, kalian taulah face feature-nya orang asing a.k.a bule dan orang Indonesia itu beda banget. You can know if someone is non Indonesian because they look really different; bisa jadi hidungnya, warna kulitnya, warna rambutnya sampai warna matanya. Dalam hal ini, suami saya, kalian bakal tau doi orang Arab karena keliatan khas banget dari hidungnya yang mancung bangir dan jenggotnya yang lebat terpelihara. Ya meskipun pada kenyataannya selama ybs tinggal di Tanjung Morawa, tebakan orang-orang pas pertama kali jumpa malah gak pernah ngira kalau si mas orang Arab. More like "Are you Indian? Pakistan? or Turkish?". Dan ketika dijawab ybs orang Arab Maroko yang negaranya terletak di benua Afrika, they become more confuse "Lha, orang Afrika kok Arab? Bukannya orang kulit hitam?".

Intinya it's easy to be identified as foreign in Indonesia. Tapi gimana kalau sebaliknya? Ketika kita yang orang Indonesia tinggal di luar negeri dalam hal ini Maroko, apakah orang-orang setempat bakal tahu kalau saya orang Indonesia? Dan jawaban suami, "No worries, much people in morocco looks like you. They'll not notice if your are Indonesian.". Dan perkataan ybs memang bukan tanpa alasan, terbukti beberapa kali saya ikut belusukan ke suuq (sebutan pasar kaget di Maroko) saya jumpa dengan banyak orang Maroko yang mukanya Indonesia banget, khas Asia. 

Jadi berdasarkan pengamatan saya, bisa dibilang penduduk Maroko ini memang wajahnya bervariasi; Ada yang macam orang Arab dengan kulit putih, hidung khas dan brewok lebat. Ada juga yang macam orang Eropa dengan hidung mancung, mata berwarna dan rambut sedikit pirang. Ada juga yang khas orang Afrika pada umumnya, berkulit hitam dengan hidung besar, bibir tebal dan rambut kriwil-kriwil kecil. Dan terakhir, some of them ada juga yang berwajah Asia banget dengan hidung seadanya alias tydac mancung, kulit sawo matang, tinggi juga sekedarnya, but yeah they are still Moroccan. Bahkan orang Arabnya saja ada yang mukanya Arab banget, tapi kulitnya gelap macam umumnya orang Afrika. Bermacam-macam wes pokoknya.

Pada akhirnya, in here people didn't really recogenize me as a foreign or as an Indonesian as long as i'm not speaking in English. Yupz, orang maroko itu bahasa sehari-harinya bahasa Arab Maghribi dan bahasa Prancis. They also understand Arabic Fushah, tapi yang kepake' daily life lebih bahasa Arab lokalnya. Nah, sayangnya 5 bulan tinggal disini belum bikin progres berbahasa saya lebih baik. Even with ayang beb saya kalo ngobrol masih sering pakai bahasa Inggris yang di mix tipis-tipis sama bahasa Indonesia. Untuk bahasa Maghribinya sendiri lebih ke yang basic banget sekedar untuk bisa ngejawab tiap ditanyain sesuatu sama ummi mertua. Tapi kalo sayanya yang memulai conversation is still a big nooo.

Makanya tiap kami jalan-jalan di keramaian, kalau sayanya diem-diem aja ya gak bakal ada yang tau saya bukan orang sini. Bahkan beberapa kali ngikut si mas belanja, beberapa kali juga saya ditanyain ibu-ibu pembeli lain berapa harga barang yang dijual pakai bahasa Maghribi. Sayanya nga-ngo langsung colek-colek si mas biar dibantu jawab. Nah, giliran ada orang denger saya speaking-speaking bahasa Inggris, pasti dan selalu menarik perhatian. Gak jarang orang tsb sampai noleh dan ngeliatin kita hilang dari pandangan karena kepo dan mungkin mikir; "Kok mereka ngomong pakai bahasa Inggris ya. Apa orang asing? Tapi mukanya melokal sekali.". Hehe.

Makanya sebisa mungkin kalau lagi di tempat umum atau katakanlah lagi belanja, saya dan si mas saling menghindari untuk bercakap-cakap. Karena gak jarang setelah dengar saya ngomong pakai bahasa Inggris, harga item yang dijual jadi double dari harga sebelumnya. Langsung dikasih harga bule, padahal mukanya gak ada bule-bule-nya, bulek-bulek iya, wkwk.

Pakai jasa street heena yang bayarnya dikenain double gegara denger saya bicara-bicara pakai bahasa Inggris.

Hari ini, seperti biasa saya ngikut si mas untuk shubuhan di masjid dekat rumah nenek si mas. Yupz, karena klinik tempat rencana lahiran ada di kota dan lebih mudah di jangkau dari rumah neneknya si mas, kami mengungsi tinggal sementara disini. Dan hampir 2 pekan tinggal, si mas punya program ngajakin istrinya yang hamil gede untuk banyak jalan pagi dan jalan sore. Makanya tiap waktu sholat Shubuh dan Ashar, saya ngikut ybs sholat ke masjid biar pulangnya bisa langsung cuss jalan-jalan. Sebenernya seru sih sholat di masjid di Maroko, apalagi di bulan Ramadhan begini. Jama'ahnya beneran berlimpah ruah, termasuk jama'ah perempuannya. Masjid di Maroko itu besar-besar, dan dengan kapasitas sebesar itu shaf-nya beneran terisi penuh itu feels amazing sekali. Makanya saya gak pernah ngeluh tiap diajakin si mas jalan cepat untuk ngeburu sholat di masjid biar tidak masbuq.

Nah, dari sekian kali sholat ini ada beberapa kesempatan saya dilihatin 1-2 orang. I don't know why, mungkin setelan pakaian saya gak umum kali yak. Tiap ke masjid pakai rok, atasan kaos, kerudung kaos instan & jaket parka. Orang sini kebanyakan ya pakai djellaba, kaftan atau gamis abaya gitu. Bahkan ada satu orang jama'ah yang pernah ngelihatin saya bener-bener sampai noleh dan kelihatan penasaran sekali. I tried to avoid eye contact with her karena takut dijakin ngomong trus gak paham dan gak bisa balesinnya. Hehe. Tapi ya so far memang belum ada yang bener-bener nyamperin dan sampai ngajakin ngobrol. Karena most of people in here, as soon as the pray time finish they go back home directly, tidak ada kombur-kombur dulu di dalam masjid.

Sampai akhirnya hari ini seorang jama'ah beneran ngajakin saya ngobrol dan make a correct guess "Kamu orang Indonesia ya?". Jadi pas shubuhan hari ini begitu saya tiba di masjid, imam langsung iqomah. Seperti biasa saya nungguin semua jama'ah perempuan berdiri meluruskan shaf untuk cari celah buat nyempil. Karen gak jarang biasanya ada jama'ah yang kasih gesture "Sini kemari, masih ada space.". Dan benar, gak berapa lama ada ibu-ibu di shaf pertama yang melambaikan tangan nyuruh saya nyempil disebelahnya. Saya pun langsung menghampiri di sebelah kiri ybs dan langsung mengikuti imam yang sudah memulai takbir pertama.

Wes, kita skip proses sholatnya yupz. Pokoknya sholat Shubuh selesai, saya masih duduk di tempat untuk dzikir dan do'a. Tetiba, si ibu yang duduk di sebelah kanan saya ini ngajakin saya ngobrol dengan bahasa Maghribi, awalnya saya kira mau bilang taqabalallah 'ala sholatik (kaya' do'ain semoga sholatnya diterima). Karena orang sini biasa saling ngomong gitu tiap kelar sholat. Eh tapi kok sambil elus-elus perut saya yang mbeledug-nya kelihatan bet. Akhirnya dari sepatah dua patah kosa kata yang saya tangkap, si ibu ini mendo'akan kehamilan saya, tentu saya balas dengan meng-aamiin-kan hal tsb. Dan ternyata oh ternyata, ibu-ibu lain yang duduk di sebelah kiri saya ini berkawan dengan si ibu di sebelah kanan. Jadilah doi ngajakin saya ngobrol sambil melibatkan di kawannya ini. Saya berusaha kasih senyum antusias, meskipun aslinya gak begitu paham dengan the whole conversation-nya.

Tiba-tiba terlontarlah pertanyaan tersebut, "Andunisiyah?", dan saya jawab "Na'am, ana andunisiyah.". Doi pun manggut-manggut dengan kawannya trus bilang "Iya saya udah yakin banget dari kemarin-kemarin kaya'nya kamu orang Indonesia.". Trus ibu tsb bilang kalau orang Indonesia dan Malaysia itu terkenal karena banyak muslimnya, banyak yang hafal qur'an dan bacaan qur'an mereka bagus-bagus. Dan jadilah ini ibu-ibu berdua memperkenalkan namanya, sayang saya lupa nama salah satunya yang jelas one of them is Aminah. Then she asked me "Wa anti?", i reply "Ismi Jannah." makin hebohlah responnya setelah dengar nama saya, dido'ain semoga masuk syurga sesuai namanya.
Si ibu di sebelah kanan tadi juga tanya apa saya bisa bahasa sini, dan saya jawab "suwiyya" yang artinya sedikit, trus ybs bilang "Insya Allah nanti lama-lama makin bisa.". Sama seperti kawannya si Ibu yang duduk disebelah kiri ikut tanya-tanya seperti, suami saya orang Maroko atau orang Indonesia? Pas saya jawab "Maghribi" mereka berdua manggut-manggut lagi.

Pada akhirnya obrolan kami berhenti karena saya inget mas suami pasti udah nungguin di luar masjid untuk jalan-jalan pagi. Saya pun pamit ke dua ibu-ibu yang ramah ini dan say salam to them. Meskipun gak paham-paham banget, saya seneng karena di notice as an Indonesian. Oiya, si ibu-ibu ramah tadi ini ternyata penghafal qur'an loh. Kok saya tau? Lha wong ybs yang cerita. Sempet tanya-tanya juga apa saya juga hafal qur'an, saya cuma senyum sambil jawab pakai gestur sedikit. Tapi asli pas ibunya ngaku hafal qur'an saya gak kaget karena dengar pas imamnya baca surat pilihan yang panjang (bukan surah pendek dari juz 30/29), si Ibu ini ikutan baca sayup-sayup. Batin saya, keren juga nih ibu-ibu hafal bacaan imamnya. Eh, tibakno memang hafidzah.

Yak, kira-kira begitu cerita first experience seorang Jannah, orang Indonesia yang sudah 5 bulan tinggal di Maroko, yang untuk pertama kalinya identitasnya as Indonesian disadari oleh orang lokal. Hehe. Udah gitu ketemunya sama yang ramah pula. Alhamdulillah. Last, izinkan saya menutup tulisan ini dengan meminta do'a semuanya u/ kelancaran dan kemudahan proses melahirkan anak pertama kami. Karena ketika tulisan ini ditulis sudah H+6 HPL dan belum ada tanda-tanda signifikan nak bayi mau keluar. Jadi mohon do'a baiknya om dan tante online semua...^^
Emjannah
Perempuan absurd berusia 28 tahun (march 2022), yang kerap mengandalkan mood tiap mau nulis blog. Isinya kadang lawak, kadang serius, kadang curhat, kadang puitis. Tapi seringnya sih nyampah sama tulisan - tulisan tentang kesehariannya yang biasa - biasa aja.
Newest Older

Related Posts

Post a Comment