2020: How It Started and How It Ended

Post a Comment


Dalam waktu kurang dari 3 jam, tahun 2020 akan segera berakhir. So, how it's feels??? Well, saya rasa apa yang saya rasakan di tahun ini kurang lebih sama seperti sebagian besar orang-orang di Indonesia, or even for most people around the world.


Hampir sebagian besar sepakat, kalau tahun 2020 ini jadi worst year ever since the pandemic began in march 2020. Bayangkan, baru kelar bikin sekian list resolusi awal tahun dan baru saja menjalani 2 bulan untuk mulai mewujudkan wishlist or even bucketlist untuk tahun ini, eh tau-tau dibikin down karena ternyata tahun ini dunia sedang tidak baik-baik saja. Tetiba mendadak tenarlah si pendatang dari Wuhan yang usut punya usut ternyata sudah mulai debut di akhir tahun 2019. Tapi baru benar-benar eksis dan melebarkan pengaruhnya di 2020.


Buntut dari mendadak tenarnya pendatang dari Wuhan ini, (atau yang lebih dikenal dunia dengan nama COVID-19) munculah larangan berkeliaran kesana kemari; sekolah-sekolah diliburkan, mall-mall dan segala tempat wisata dipaksa berhenti beroperasi, dilarang berkerumun bahkan masjid, gereja dan tempat ibadah lainnya mendadak sepi karena mulai munculnya beberapa kluster penularan di tempat ibadah.


Libur sementara yang awalnya hanya 2 pekan dengan maksud untuk menekan tingkat penularan & penyebaran COVID-19 malah jadi diperpanjang 1 bulan, 2 bulan, sampai akhirnya tidak terasa sudah berjalan hampir 1 tahun. Bengek??? Oh jelas. Saya yang gak jadi orang tua aja ngerasa bengek dipaksa banyak beraktifitas di rumah, apalagi yang sudah jadi orang tua dan harus mendampingi anak-anaknya mengikuti kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Belum lagi anak-anaknya lebih dari satu. Wehhh.


Saya tahu, sebagai seorang muslim tidak boleh mengatakan tahun ini adalah tahun terburuk. Karena pasti ada tujuan dibalik setiap takdir baik maupun takdir buruk yang Allah berikan kepada manusia. COVID-19 hanya salah satu dari sekian sekenario Allah, yang keberadaannya harusnya menjadikan orang beriman semakin muhasabah dan mawas diri. Mungkin kita masih kurang baik jadi manusia sampai Allah ingin menguji kita dengan musibah ini.


Bicara soal musibah, tahun ini banyak banget musibah yang menerpa negeri ini (khususnya) secara silih berganti. Mulai dari gempa bumi, tanah longsor, kebakaran, sampai yang akhir-akhir ini banjir di berbagai daerah karena intensitas hujan yang tidak sebanding dengan daerah resapan yang ada. Salah siapa? salah Jokowi? salah Anies? salah kamu? atau salah kita bersama???


Yaudahlah, kita cukupkan bahas soal musibahnya. Pertengahan tahun 2020 ini bisa dibilang resmi setahun sudah saya menetap di kampung halaman. Setahun menikmati profesi sebagai guru "jadi-jadian". Before, i never ever picturing myself being a teacher. Iya, saya di Jogja memang pernah jadi tentor eskul di almameter SMA dan SMP yang masih satu yayasan dengan SMA saya. Tapi itu gak bisa disebut jadi guru juga sih.


Dan kalau jujur, harga diri saya sempet jatuh sejatuh-jatuhnya waktu dengan berat hari memutuskan menuruti ibunda dan menerima tawaran untuk kerja di SDIT (yang juga merupakan tempat ummi kerja). Jauh-jauh sekolah di Jawa dari SMP sampai kuliah di jurusan yang gak umum tapi keren kalo diceritain (animasi), lha ujung-ujungnya balik ke kampung halaman buat jadi karyawan magang, jaga perpustakaan sekolah pula. Iya, awal-awal saya memang gak langsung diminta ngajar.


Inget banget, ntah berapa kali saya eyel-eyelan sama ummi, sampai dengan dodolnya sesumbar ke temen-temen dekat di Jogja. Saya cuma disini 1 tahun, ngumpulin duit buat balik lagi ke Jogja. I never planned to stay long here. Lha gimana ya, 13 tahun loh saya habiskan jadi pendatang di Jawa. Bahkan sampai pernah tercatat sebagai warga Jogja dan punya KTP Jogja. 13 tahun itu gak sebentar, kalau umur saya sekarang 26 tahun it's mean hampir separuh hidup saya itu dihabiskan di pulau Jawa. Temen SMP saya banyak yang dari sana, temen SMA apalagi, temen kuliah pun juga begitu. Kalau di Sumatera pol-polan cuma punya kawan SD, itupun karena saya sudah pindah rumah setelah lulus SD ya jadi beneran gak punya temen di lingkungan yang baru. Kan begitu lulus SD saya langsung dikirim ke Jawa.


Berat??? Berat banget. Separuh tahun 2019 saya habiskan dengan masih nggerundel karena belum bisa bener-bener move on dari Jawa. Sampai akhirnya ntah gimana awal mulanya saya mulai nyaman dengan bocah-bocah berisik yang ada dilingkungan sekolah. Apalagi gak lama setelah mulai kerja, saya diminta buat ngajar Tahsin/Tahfidz dikelas 3A. Awkward? banget, oh iya awalnya saya mau dilepas ngajar kelas 6 ding. Sudah kenalan didepan kelas dan sangat-sangat memalukan. Bayangin orang se-introvert saya disuruh kenalan didepan ±30 pasang mata. Kagok setengah mati lah. Tapi ajaibnya dari sini akhirnya saya jadi belajar mengendalikan diri didepan orang banyak.


Pernah suatu waktu tiba-tiba saya disuruh gantiin ngajar di kelas 5 yang gurunya berhalangan hadir. "Ya lord, cobaan apalagi ini", batin saya waktu itu. Tapi mau gak mau ya dikerjain juga, disitu untuk pertama kalinya saya dibuat meledak gara-gara capek-capek ngomong didepan kelas tapi gak ada yang dengerin. Lagi-lagi itu jadi momen saya untuk belajar, gimana caranya biar ketika kita ngomong didepan, anak-anak bisa fokus dengerin kita. Saya sampai browsing loh di google soal public speaking, cara mengajar, dsb. Alhasil ketika dikesempatan lain tiba-tiba diminta gantiin ngajar dikelas lain, saya sudah lebih santai memulainya.


Kalau kalian pernah dengan ungkapan "Alah bisa karena biasa", well it's true. Perlahan, semua yang semula terlihat asing, tidak biasa dan tidak saya sukai perlahan mulai jadi rutinitas saya dan somehow i like it. Kadang tingkah bocah-bocah di sekolah malah jadi penghibur tersendiri, yang bahkan dikala pandemi ini bikin gak pernah jumpa mereka di sekolah, jadi bikin rindu. Sampai terucap dimulut saya ke ummi, "ternyata enak ya mi kerja disini". Wkwk, definisi nyata "menjilat ludah yang sudah dilepeh". Bahkan dipikiran saya sekarang suka ngebayangin, kalo balik ke Jawa bakal rindu banget sama pelanggan-pelanggan tetap perpustakaan, bocah-bocah kelas 3A (sekarang 4A) yang seru kalau sudah diajakin ngomongin soal Kamen Rider, atau antusias anak-anak kelas 4B (sekarang 5B) tiap saya cerita dikelas tentang tanda-tanda hari kiamat. Banyak lah pokoknya.


Intinya, perlahan saya mulai ikhlas menjalani hari-hari saya disini. Alhamdulillah, sekarang juga sudah punya temen-temen sebayaan, temen ngaji, temen main UNO, dan temen hidup (eh, kalau yang terakhir ini belum ketemu deng. Hehe). 2020 sudah resmi berakhir hari ini. Dan Insya Allah saya baik-baik saja dengan kehidupan dan pekerjaan saya sekarang. Meski sekarang sudah tidak berprofesi sebagai guru (ganti jadi operator sekolah), tapi saya masih menikmati rutinitas saya. Alhamdulillah juga akhir tahun ini bisa menumbuhkan lagi semangat menulis dan membaca yang sempat pudar karena terlalu asik dengan benda bernama smartphone.


Mungkin yang bikin saya sedikit banyak menyesali berakhirnya tahun ini, selain karena pandemi yang belum usai, saya merasa progress amal kebaikan saya masih belum meningkat. Masih segitu-segitu aja. It's so sad, but it's true. Makanya, boleh dong saya buat wishlist untuk tahun depan. Kira-kira  a few of my wishlist for next year 2021 itu gini lah garis besarnya:


1. Nambah progress amal kebaikan. Ini harus yang paling utama lah ya. Karena motto hidup seorang muslim itu kan "hari ini harus lebih baik dari hari kemarin". Malu lah kalau gak ada perubahan atau bahkan malah mundur jadi lebih buruk. Naudzubillahi min dzalik.


2. Found my other half. Asli saya sudah lelah jadi single fighter. Rasa-rasanya kadar kebahagian saya bakal bertambah kalo ada orang yang bisa diajakin sama-sama misuhi keadaan nagara ini yang akhir-akhir ini makin gak baik-baik aja. Atau mungkin temen nonton drakor bareng. Eh, gak deng. More excatly, seseorang yang akan menghabiskan hidupnya dengan saya, partner dalam kebaikan dunia-akhirat, yang of course golnya jadi penghuni surga bareng-bareng.^^


3. Bisa nyetir mobil. Walau belum punya mobil seenggaknya punya skill buat bawa mobil kan udah prestasi. Siapa tau dengan bisa nyetir tau-tau jadi bisa beli mobil. Kan gak ada yang gak mungkin kalau Allah berkehendak.


4. Punya bisnis kecil-kecilan. Karena saya sadar bakat saya bukan jualan produk jadi saya gak akan mimpi muluk-muluk untuk punya bisnis jual barang. Saya mau jual jasa ajalah, desain grafis. Yang memang ahlinya saya, tapi lagi-lagi sering belum serius ditekuni karena masih sering mengandalkan mood dalam beraktifitas. Yah, semoga tahun 2021 mood saya baik terus.>3<


5. Nabung untuk masa depan dan kurangi belanja barang yang gak terlalu perlu. Ini susah banget asli, bayangin aja tahun ini saya menghabiskan hampir seluruh gaji saya buat belanja online. I spent almost 6mil this year. Gila gak tuh, ternyata saya sekonsumtif itu. Padahal kalo dipikir-pikir itu duit segitu udah bisa buat ganti laptop baru yang gak berisik (kaya' laptop lama saya) pas buat edit-edit video dan kerjaan multimedia lainnya.


Udah, kaya'nya itu dulu aja. Nanti bisa ditambah sambil berjalannya tahun 2021. Btw, diluar sudah mulai jedar-jeder kembang api. Nulis dari jam 9 malam, dan baru kelar tepat 2 menit sebelum pergantian tahun sambil menahan kantuk. Apakali lah. Yaudahlah, mari kita akhiri tahun 2020 ini dengan hamdalah dan awali tahun 2021 dengan basmallah; Bismillah, semoga makin banyak kebaikan yang bisa saya, kamu dan kita sama-sama lakukan di tahun 2021 ini. Aamiin yaa rabbal'alamiin...


Ingat, ganti tahun bukan cuma soal merayakannya dengan kembang api (yang jelas-jelas tidak ada tuntunannya dalam Islam), tapi soal bagaimana kita sebagai manusia bisa merefleksikan diri; Apa saja yang sudah dicapai di tahun 2020? Apa saja yang belum berhasil dicapai? Bagaimana progres amal kebaikan kita setahun terakhir? Semakin baik kah? Sama saja? Atau malah mengalami kemunduran???


Berbahagialah dan bersyukurlah kita yang masih bisa menghirup udara segar di 2021 ini. 2020 banyak hal yang sudah terjadi, beberapa diantaranya bahkan belum selesai dipenghujung tahun. Banyak orang yang tidak berhasil survive dan lebih dulu meninggalkan kita, beberapa mungkin saudara atau kawan dekat kita. Allah masih sayang kita, jadi jangan biarkan kasih sayang Allah jadi sia-sia karena tahun ini tidak ada perubahan yang lebih baik yang bisa kita buat. Oke gitu aja dulu closing dari saya. Ternyata tulisannya jadi lumayan panjang. Semoga kalian tidak bosan dan terimakasih sudah membacanya sampai akhir.


Yak, selamat tidur dan selamat beristirahat semuanya...^^


*Image source: www.bbacert.co.uk

Emjannah
Perempuan absurd berusia 28 tahun (march 2022), yang kerap mengandalkan mood tiap mau nulis blog. Isinya kadang lawak, kadang serius, kadang curhat, kadang puitis. Tapi seringnya sih nyampah sama tulisan - tulisan tentang kesehariannya yang biasa - biasa aja.

Related Posts

Post a Comment