Membentuk Kebiasaan Baik Pada Anak

December 19, 2020


Orang tua sering mengeluh ketika anaknya kecanduan main t*ktok, tapi setelah ditelusuri ternyata orang tuanya pun user t*ktok dan rajin update joget-joget ala-ala yang sedang viral. Well before you complaining, lihat lagi kebiasaanmu.


Fitrah anak itu meniru. Kalau tidak ingin mereka memiliki kebiasaan buruk, maka orang tua harus jadi yang pertama kali meninggalkan kebiasaan buruknya. Sebaliknya, kalau ingin anak-anak melakukan kebiasaan baik, maka orang tua juga harus jadi yag pertama kali mencontohkan melakukan kebiasaan baik tersebut.


Lebih mudah membentuk kebiasaan baik pada anak dengan memberi mereka contoh; dengan orang tua membiasakan melakukan kebaikan, daripada sekedar memerintahkan anak untuk melakukan kebaikan. Ingat, orang tua itu role models pertama seorang anak. Kalian adalah yang paling sering membersamai mereka sejak mereka lahir. Mereka melihat kalian, mereka meniru kemudian memodifikasi yang mereka lihat. Entah itu dalam hal kebaikan atau keburukan.


Balik lagi, kalau gak mau yang ditiru keburukan, maka tahan diri untuk tidak melakukan kebiasaan buruk. Kalau mau mereka melakukan kebaikan, orang tua WAJIB memperbanyak melakukan kebiasaan baik. Sesimpel itu. Tapi sayangnya banyak orang yang senengan'e digawe angel. Yang simpel dibikin ribet, pengen anaknya rajin sholat tapi mamak sama bapaknya sendiri sholat seingetnya. Pengen anaknya rajin bangun pagi, tapi mamak sama bapaknya selalu bangun diatas jam 6.


Saya akui, saya memang belum jadi seorang tua. Mungkin yang saya ungkapkan diatas lebih ke opini pribadi saya. Kalau toh ada yang sepakat, itu bonus. Tidak sepakat, itu juga hak anda. Tapi yang jelas, saya sudah jadi seorang anak dan saya belajar banyak dari kedua orang tua saya; ummi dan abi.


Ketika mereka melakukan kebaikan, sebagai anak saya menjadi saksi atas kebiasaan baik mereka. Ketika mereka mengajak saya untuk ikut serta, saya tidak ada alasan untuk menolak mereka. Tertutup celah bagi saya sebagai anak untuk ngeyel atau bahkan mendebat mereka tentang ajakan berbuat baiknya. Karena saya melihat sendiri kalau mereka memang biasa melakukan kebiasaan baik tersebut.


Dan ketika meniru kebiasaan baik itu becomes a habit, secara naluri tanpa disuruhpun pasti dilakukan. Banyak kan case, misalnya: orang tua komplain ke temannya "anakku kerjaannya main t*ktok terus, ntah kapan belajarnya...", then anaknya yang juga disitu dengan keminther njawab "Alah, ayah aja suka kok bikin t*ktok pas di rumah". Si Ayah yang merasa malu akhirnya dengan defensif ngeyel gak merasa pernah main t*ktok.


Atau di case yang lain, ketika seorang ibu marah-marah karena anaknya menurut dia kecanduan main hape, padahal kalau diperhatikan si ibu sering sekali lekat dengan hapenya ketika sedang berada disekitar anaknya, entah dengan alasan buka facebook untuk jualan, balas pesan whatsapp teman, dsb.


Anak sangat mudah meniru apa yang mereka sering mereka lihat dan dengar. Worst case-nya ya ketika yang mereka lihat bad habit dan dengan polos mereka meniru itu karena mereka menganggap itu biasa. Dulu banyak dari kita sering dimarahi nenek atau orang tua kita kalau menggunakan kata-kata yang kasar atau tidak pantas didekat bayi yang baru lahir. Katanya, nanti ditiru. Ya memang segampang itu anak-anak meniru kebiasaan disekitar mereka.


Makanya, jangan mimpi ketinggian pengen anak-anaknya punya kebiasaan baik, kalau orang tuanya sendiri belum maksimal untuk membiasakan diri berbuat baik. Ingat, fastabiqul khairat itu sampai ketika nyawa lepas dari raga. Semoga kita semua diberi kemudahan untuk menjadi pelopor kebaikan, sehingga anak-cucu kita kelak juga akan meneruskan kebaikan-kebaikan yang kita biasakan. Aamiin yaa rabbal'alamiin...^^


*Image source: www.shutterstock.com

No comments:

Powered by Blogger.