Sakit Dan Pilkada

December 11, 2020


Why suddenly i want to write about this topic? Apa korelasinya? Titik temunya dimana? Mari kita bahas satu-satu. 😎


Baru tadi siang saya mengeluh di ruang guru merasa menggigil didalam ruangan ber-AC ini. Padahal, pagi saya duduk-duduk di ruang bendahara yang juga ber-AC gak merasa kenapa-kenapa. Tapi beneran, saya merasa linu dan menggigil sampai ke tulang.


Kalau mau membandingkan suhu, sebenarnya suhu ruang bendahara lebih rendah (18°C) sedangkan ruang guru cuma 23°C. Bahkan saya sering bawel sama ummi karena gak merasa dingin kalau ngantor di ruang bendahara, ntah karena lapisan lemak yang terlalu tebal atau memang AC-nya yang mengulah. 😅


Kembali ke bahasan. Akhirnya pulang sekolah saya langsung cek pakai thermogun berapa suhu badan saya. Biar akurat sengaja saya tempelin di permukaan kulit. And voilaaa, ternyata saya memang demam. Bukan ruangannya yang dingin, tapi suhu badan saya yang terlalu tinggi sampai suhu normalpun terasa dingin menusuk kulit. 😷


Nah, sekarang kenapa saya sambung-sambungin di judul, antara sakit dan pilkada?


Jadi begini, respon seseorang ketika sakit itu ada dua hal. Bagi orang beriman, sakit itu rahmat. Kenapa rahmat? Karena Allah sayang dengan kita. Allah kasih sakit untuk menggugurkan dosa-dosa kita. Selama kita tidak mengeluh dan menjalaninya dengan ikhlas, sabar (serta tak lupa tetap berikhtiar untuk sembuh). Tapi, jangan karena disebut rahmat, then sakit dipelihara dengan dalih: biar habis berguguran semua dosa-dosanya. Kalau itu sih jatuhnya dzalim ya. 😅 


Ingat, berlebih-lebihan (melampaui batas) itu sikap tercela yang sangat Allah benci.


Sakit ini, bagi sebagian besar manusia (beriman maupun tidak) merupakan musibah yang jangankan disyukuri, bisa menahan diri untuk tidak mengeluh saja sudah luar biasa. Apalagi yang kondisinya diberi sakit menahun. Seolah ada saja celah bagi setan untuk menyisipkan perasaan marah pada takdir Allah. Padahal mengeluh saja harus dihindari apalagi marah atas takdir Allah.


Kan ada tuh dalilnya, kalau saya tidak salah di surah Al-Baqarah, saya lupa ayat berapa. Izin nyontek sedikit di google ya. 😚


كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ 

"Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." [QS. Al-Baqarah: 216]


Tidak ada yang pernah salah dengan takdir Allah. Yang ada, manusia yang kebanyakan mengeluh dengan takdir Allah. Dikasih takdir baik, lupa bersyukur. Dikasih takdir buruk, lupa bersabar. Somehow, kadangpun saya masih begitu. Robbighfirlii. 😔


Oke, sudah sepanjang ini tapi masih belum jelas mana korelasi antara sakit dan pilkadanya???


Jadi begini, pagi ini saat sedang merampungkan beberapa pekerjaan di ruang bendahara. Ummi saya yang sedang scrolling feed facebook memantau netizen yang masih heboh perkara pilkada dihari sebelumnya (Rabu, 9 Desember 2020). Seperti yang kita semua tahu, ada banyak hal menarik di pilkada tahun ini. Tentu yang paling banyak jadi sorotan soal menantune lan putrane pakdhe yang ikut berlaga di ajang pilkada serentak 2020 ini.


Tetiba, ummi mengutarakan keheranannya soal perolehan suara menantune pakdhe di berbagai kecamatan di kota Medan yang mendominasi. Saya gak akan ngebahas soal isu kecurangan dan sebagainya, that's not the point here (gak mau juga kena jaring UU ITE gara-gara sekedar menulis opini yang makin kesini makin haram hukumnya u/ jadi oposisi). Intinya, kita semua sama-sama sudah tahulah soal apa yang terjadi di negara kita dan siapa yang sedang bermain didalamnya. 😗


Saya lantas menyahut komentar ummi, "Jadi fix menang mi menantune pakdhe?". Yang dibalas dengan "Ya iyalah...". Sambil masih sibuk dengan kerjaan saya di laptop, saya balas nyeletuk ke ummi, "Kalau yang Allah buat menang orang yang kapasitasnya sebenarnya kurang layak untuk memimpin, itu namanya Istidraj yakan mi?". Ummi lantas mengangguk setuju sambil di-closing, "Biar ajalah, nanti jadi penyesalan mereka sendiri di akhirat."


Istidraj itu apa sih? Oke, buat yang belum tau saya kasih ilustrasinya ya. Pernah gak sih kalian punya temen atau kenalan atau pernah lihat orang gak dikenal wes. Orang tersebut akhlaknya buruk, bahkan sering tanpa malu berbuat maksiat. Tapi, entah bagaimana kehidupan dunianya luar biasa. Punya kekuasaan dan jabatan, harta berlimpah, pokoknya semua kenikmatan dunia itu Allah berikan kepadanya. Nah, yang seperti itu yang disebut Istidraj. Allah sengaja memberikan segala kenikmatan kepada hambanya yang sering bermaksiat. Tujuan Allah memberi nikmat bukan karena Allah sayang, tapi agar dia semakin terlena dan jauh dari rahmat dan kasih sayang Allah. In other word, Istidraj itu bentuk azab dari Allah. Naudzubillah min dzalik. 😰


Jadi, menurut saya kita gak perlu bersedih hati ketika pasangan calon (paslon) yang kita tau dia adalah orang baik dan layak untuk jadi pemimpin tapi ternyata ndilalah belum rezekinya untuk terpilih. Ingat, semua ini tak lepas dari rencana yang Allah siapkan untuk kita semua. Sama halnya seperti sakit tadi, bagi orang beriman ketika dimomen pilkada ini belum bisa meloloskan paslon yang didukung untuk memimpin, kita harus bersabar, tetap langitkan do'a-do'a semoga Allah lembutkan hati mereka yang terpilih untuk memimpin agar amanah dalam menjalankan tugas-tugasnya, dan menyerahkan segalanya pada Allah apabila mereka mengkhianati amanah yang diberikan.


Seperti yang ummi saya bilang sebelumnya, Amanah yang tidak dijalankan dengan semestinya hanya akan jadi beban penyesalan di akhirat nanti. Banyak orang yang berfikir kalau hidup ini cuma perkara dunia yang akan selesai saat seseorang meninggal. Padahal semua muslimin tahu kalau masih ada kehidupan kedua setelah kematian. Disana Allah akan menghisab dan menghakimi sendiri semua amal baik dan buruk yang dilakukan semua manusia (sejak manusia pertama nabi Adam 'alaihissalam sampai manusia  terakhir). Amal-amal di dunia yang akan menentukan apakah kita akan jadi penghuni syurga abadi atau penghuni neraka abadi. Wallahua'lam bisshawwab.


Semoga Allah senantiasa melembutkan hati kita untuk menerima segala nasihat-nasihat kebaikan. Jangan berhenti untuk berbuat baik, meskipun tidak ada seorangpun yang mempedulikannya. Terimakasih sudah berkenan membaca sampai akhir, semoga ada manfaat yang bisa didapat dari tulisan panjang ini. Selamat malam, selamat beristirahat...^^


*Image source Irfan Anshori - Antara Foto


Tulisan ini saya buat sehari setelah pilkada (10 Desember 2020), tapi terhenti separuh jalan karena tak kuasa menahan sakit kepala dan demam yang lumayan tinggi. Jadi baru bisa dinaikkan malam ini. Dan lagi, tulisan ini mendahului tulisan dari status WA yang rencana mau saya posting di postingan sebelumnya. Tapi gapapalah, yang itu untuk stok tulisan berikutnya. He... he...

No comments:

Powered by Blogger.