A Fake Friend: Ketika "Bullying" Memaksamu Melupakan Seorang Sahabat
Kemarin akhirnya aku berhasil menamatkan komik A Fake Friend yang aku sewa di rental komik dekat kos - kosan. Bisa dibilang ini adalah komik kedua bertema "bullying" yang pernah aku baca (yang pertama Life kalo gak salah). Langsung aku ceritain garis besar ceritanya dulu aja ya, baru setelah itu aku kasih analis (versiku) seperti biasa.
*Warning: Mungkin semacam spoiler!
Karena kedua orangtuanya bercerai, Midori terpaksa harus ikut ibunya pindah dari Tokyo ke Sendai kampung halaman ibunya. Midori pun akhirnya melanjutkan SMA disebuah sekolah khusus putri St.Etoile. Midori pun tidak sengaja bertemu dengan Aa-chan (teman masa kecil Midori) yang ternyata merupakan satu kelas dengannya. Satu hal yang tidak diketahui Midori, kalau ternyata Aa-chan merupakan korban bullying yang dilakukan oleh Elena (siswa yang merasa dirinya nomer satu dan bersikap sok elegan tapi aslinya busuk setengah mati -3-). Dikelas, tidak ada satupun siswi yang berani menentang Elena-sama (panggilan para siswi kepada Elena). Jadi, ketika ia memerintahkan untuk membully Aa-chan, tidak ada satupun yang berani menolak, karena jika menolak orang tersebut bisa dianggap mengkhianati Elena dan akan dijadikan korban bully selanjutnya.
Penampakan Elena-sama (cuih) |
Midori yang tidak tahu menahu dan merasa senang bertemu kembali dengan Aa-chan dengan terang - terangan menunjukkan keakrabannya didepan Elena. Elena yang tidak suka karena sejak hari pertama Midori masuk kelas sudah menjadi pusat perhatian kelas pun kemudian memberikan perintah untuk "ganti target" membully Midori (sebagai ganti Aa-chan). Midori pun kekeuh untuk tetap berteman dengan Aa-chan sekalipun ia dimusuhi oleh teman - temannya, karena bagi Midori selama ada Aa-chan sahabat baiknya sejak kecil ia pasti bisa melalui semua tindakan bullying yang diarahkan kepadanya. Tapi sesuatu yang tidak disangka terjadi, Aa-chan malah mengkhianati Midori dan mulai mengacuhkannya semenjak Midori mulai jadi "target baru" Elena. Midori berusaha menahan semuanya selama setahun (tidak memberitahu ibunya karena tidak ingin beliau khawatir), sampai akhirnya dia tidak tahan lagi dan memilih untuk bunuh diri dengan lompat dari atap gedung sekolah.
Midori yang berfikir dirinya sudah mati kaget saat terbangun dari tidurnya dan ternyata dia belum jadi anak SMA tapi baru akan lulus SMP. Dia juga belum pindah ke Sendai. Baru saja merasa bersyukur kalau semua kejadian tadi mimpi, midori menemukan sebuah ponsel yang mirip dengan yang dia punya saat bersekolah di St. Etoile (yang awalnya dia pikir cuma mimpi), makin kaget lagi saat dibuka banyak tulisan - tulisan blog Midori selama setahun di St. Etoile. Hal ini jelas membuat dia bersyukur sekaligus ketakutan. Apalagi, serasa sedang dejavu Midori mengingat semua kejadian seolah dia memang kembali dari masa depan (yah bisa dibilang saat bunuh diri jatuh dari lantai paling atas sekolah, Midori mengalami semacam time slip yang menyebabkan dia kembali lagi ke setahun sebelum kejadian). Nah, belajar dari kejadian dimasa depan, Midori berusaha mati - matian agar tidak mengalami kejadian serupa, jadi saat pertama kali Midori bertemu Aa-chan di St. Etoile dia mengacuhkannya.
detik - detik sebelum Midori lompat bunuh diri |
Oke, kurang lebihnya begitu rangkuman komik volume. 1. A Fake Friend sendiri terdiri dari 3 Volume, kalau kalian penasaran cerita lengkapnya gimana silahkan mampir di gramedia (sudah terbit semua ke-3 volumenya), atau kalau mau irit ya pinjem di rental aja kaya' aku, atau kalau mau lebih irit lagi ya baca online aja, cuma kaya'nya belum banyak chapter yang di scan.
Pada intinya, komik ini cukup bikin aku gregetan dan marah - marah sendiri pas bacanya. Habis cerita bullying yang disajikan itu realistis banget. Jadi inget kapan hari ngobrol sama temenku yang kebetulan gak sengaja lihat vol.1 tergeletak dikamarku, sambil buka - buka dia bilang gini: "kalo sampe' ada komik ceritanya begini, berarti emang kondisi aslinya bullying di jepang kaya' gini kali ya...". Aku sendiri entah kenapa tiap bahas atau denger masalah bullying mesti otomatis keingetnya jepang sama korea. Coba deh cek kalau kapan - kapan nonton drama korea apa drama jepang yang settingnya sekolah, pasti disisipi adegan bullying. Dan bullying nya itu kadang gak cuma verbal loh, sampe' main fisik coy. -_-
Bahkan di jepang sendiri tercatat, banyak kasus bunuh diri terjadi berawal dari kasus bullying di sekolah. Sampe' departemen pendidikannya disono kebingungan gimana langkah antisipasi seharusnya untuk menghapuskan bullying yang sudah jadi semacam tradisi di sekolah - sekolah mereka.
Midori dilecehkan di kamar mandi oleh suruhan Elena |
Sometimes, aku gak habis pikir para pelaku bullying ini sebenernya punya kelainan psikologis apa gimana ya kok kaya'nya gampang sekali menyakiti orang lain (apalagi yang sampe' main fisik loh ya) dengan tanpa merasa bersalah sedikitpun. Lihat aja Elena, dia merasa diatas angin karena satu kelas takut padanya, jadi apapun perintah bullying yang dia katakan untuk dilakukan pada Aa-chan tidak ada yang berani membantah. Didunia nyatapun kebanyakan begitu, padahal pelaku bullyingnya cuma 3orang dengan satu orang yang jadi (semacam) bossnya, tapi satu kelas yang jadi saksinya gak berani buka mulut ke guru karena takut jadi "the next target". Jadi semacam siklus (seperti yang dialami Midori), kamu lapor kamu jadi korban berikutnya. Atau misalnya ketidak beranian si korban untuk mengadu ke pihak sekolah: pertama, karena kadang emang pihak sekolahnya dongok, udah terima laporan tapi gak langsung percaya dan gak jarang meremehkan, jadi gak guna juga lapor - lapor ke sekolah. kedua, sudah lapor gak direspon, eh ketahuan pelaku pembully pas laporan yang ada intensitas bullyingnya tambah parah.
Mereka yang jadi korban bullying juga kebanyakan gak mau cerita kalo mereka disekolah dibully ke orang - orang rumah. Alasan klisenya biasanya "gak pengen bikin orangtua khawatir", lihat Aa-chan dia gak cerita ke neneknya kalau di bully karena gak ingin neneknya kepikiran, sama seperti saat Midori di bully, dia gak cerita ke mamanya karena gak ingin mamanya yang memang sudah repot ngurusi neneknya yang udah tua tambah repot.
Padahal orang - orang macam Elena ini bakal lenyap kalau satu kelas sepakat buat menentang arogansinya loh. Apasih menakutannya tiga orang kalo kita keroyok bareng - bareng sekelas? Para pelaku pembully ini kadang merasa diatas angin gara - gara (merasa) didiamkan artinya gak ada yang berani ngelawan mereka, jadi semena - menanya makin menjadi, padahal coba deh dibalik gantian sekelas ngebully mereka (eh).
Nah, sekarang gimana dengan masalah bullying di Indonesia? Eh, jangan salah ya, Indonesia itu termasuk peringkat kedua setelah jepang loh untuk masalah bullying. Hanya saja, yang sampe' main fisik itu jarang, kalopun ada kebanyakan dikalangan cowok - cowok, kalo yang cewek - cewek bullyingnya cuma sebatas verbal. Apalagi yang namanya bullying via sosmed, wah Indonesia jagonya deh. Apa aja, bisa jadi sasaran bullying, contoh dah kasus Instagramnya bu Ani Yudhoyono, atau yang baru - baru aku baca itu masalah janggot lebatnya Teuku Wisnu (di Instagramnya mba' Shiren). Kenapa banyak cyber bullying? soalnya kalo distatistik nih ya, katanya pengguna facebook di Indonesia itu terbesar ketiga didunia, bahkan Indonesia menyumbang 15persen tweet setiap hari untuk twitter (wow O3o). Gak main - main kan.
Yah malah jadi bahas kemana - mana masalah bullying. Yaudah deh, intinya komik ini aku rekomendasikan banget deh kalo pengen ngerasain sensasi kesel - kesel gemes pengen njambaki Elena (wkwk). Respek juga buat korban bullying. Berani ngomong men... gak cuma buat kamu yang jadi korban, tapi juga buat kamu yang pernah jadi saksi bullying. Karena kalo gak ada yang berani ngomong, sampai kapanpun bullying akan selalu jadi musuh dalam selimut. Gak pengen kan kalo Indonesia sampai jadi seperti jepang? bunuh diri dimana - mana gara - gara "tradisi" mengerikan bernama bullying.
Yak, sekian tulisanku untuk hari ini, selamat UAS buat yang baru UAS.. (kalo muak belajar baca komik aja... hho :p)
No comments: