Anak Kecil Pacaran, Salah Siapa?

July 12, 2024
Ini sebenarnya merupakan sebuah tulisan yang saya angkat dari keresahan saya beberapa minggu terakhir. Bermula dari sebuah laporan salah satu adek kelompok halaqoh binaan saya yang masih SD. FYI buat yang belum tahu, di rumah, saya memang membina dua kelompok halaqah pekanan u/ anak-anak dan remaja. Pesertanya ya dari murid-murid Maghrib Mengaji yang juga diadakan di rumah kami setiap Ahad s/d Jum'at.

Oke mari kita kembali ke pembahasan. Jadi, salah satu adek binaan saya ini kasih bocoran soal si kawan yang juga merupakan adek binaan saya di kelompok  halaqah yang sama, yang juga sama-sama masih SD, tapi pacaran dengan seseorang di sekolahnya. She's even spill the name of this boyfriend

Sebenarnya saya sudah cukup biasa dengerin para adek-adek bocil ini saling mengadukan kenakalan antar sesamanya di tiap waktu halaqoh; "si A cakap kotor mba', si B pacaran sama fulan mba', si B kemarin malam mingguan sama fulan mba', dlsb". Tapi kabar yang saya terima kali ini cukup bikin saya kaget dan tidak menyangka, karena nama yang disebut adalah salah satu adek binaan saya (sebut saja A) yang selama ini saya kira paling baik budi.

Kenapa saya bilang dia baik budi dan gak aneh-aneh? Well, karena selama ini hampir tidak ada laporan soal ybs melakukan kenakalan atau bahkan pacaran. Bahkan ketika para kawan-kawannya asyik saling melaporkan satu sama lain, si A selalu jadi yang paling diam, tidak menuduh sesiapa dan tidak dituduh oleh sesiapa. Makanya, to be honest as their teacher it's a little bit hurt my felling because i always trust this girl.

Apalagi beberapa pekan terakhir saya juga sedang merancang materi u/ menyentil adek-adek binaan di kelompok remaja yang juga sedang rentan terjangkit virus merah jambu. Makanya, saya membulatkan tekad u/ menyelesaikan masalah ini segera di pertemuan halaqah berikutnya.

Hari Jum'at berikutnya, seperti biasa halaqah saya buka dengan membacakan kisah shiroh nabi Muhammad Shalallahu'alaihi wassallam, dilanjutkan dengan penyampaian materi adab & akhlak, kemudian ditutup dengan makan snack bareng. Nah, saat makan snack inilah saya manfaatkan u/ ngobrol tipis sambil kepo-kepo dengan adek-adek ini; tanya-tanya kabar mereka, kabar keluarga, gimana sekolahnya, dlsb. Tapi karena hari itu saya nggak mau basa-basi, akhirnya saya tembak langsung ybs ini dengan pertanyaan "kata si fulanan kamu pacaran ya dg si fulan? Hayo jujur". And as i expected, A jawab dengan malu-malu, "iya mba', tapi kemarin sudah putus kok mba'...". Yaa Rabbi...

Asli saya merasa sedih sekali. They just a small kid, tapi mereka melakukan hal yang bahkan tidak boleh dilakukan orang yang baligh, berakal dan muslim. Setelah itu, saya ajakin mereka ngobrol sambil mencoba kasih pandangan tentang apa yang mereka perbuat itu salah. Saya mencoba menyesuaikan level bicara saya agar mudah diterima oleh adik-adik ini.

Saya lontarkan ke mereka pertanyaan yang selama ini cukup bikin saya penasaran, "Kalian kalau pacaran sama temen satu sekolah, itu pas jumpa di sekolah ngapain aja? Traktir²an jajan, apa ditunjukin nggak kalau pacaran?". Serius saya penasaran, kalau bocil SD pacaran itu ngapain aja, dan untuk apa??? And then they answered "nggak ngapa-ngapain mba', malah kalau di sekolah kami pura-pura cuek gak kenal." Oh oke, pikir saya. Sampai akhirnya salah satu adek binaan saya menimpali. "Kami nunjukinnya di chat WA mba'.". Wah, menarik. Mari kita kuliti lebih dalam.

"Emang kalau di chat WA kalian kirim pesan gimana? Pakai sayang-sayang gitu?" sebuah pertanyaan konyol yang saya lontarkan dengan ekspektasi jawaban mereka yang merasa geli bin jijik then disagree with my question. Tapi gaes ternyata jawaban mereka bikin saya makin nyesek, "Iya mba', kalau di chat baru manggil² sayang." Kata mereka malu-malu. And seriously, ini bikin saya makin pingin kepo lebih dalam. Akhirnya saya coba tebak-tebakan kemungkinan isi chat mereka seperti yang biasa diutarakan di chat-chat ABG yang sedang kasmaran; "udah makan yang? Lagi apa yang? I love you sayang" and many more. Dan sebagian besar dari yang saya sebutkan, mereka mengiyakan.

Serius, auto syok markosyok. Ini bocil SD kelas 5 loh, kenapa mereka sampai kepikiran mempraktikkan sesuatu yang bahkan tidak pantas untuk dilakukan orang dewasa dengan lawan jenisnya yang bukan mahram??? Saya bukan orang tua mereka, tapi saya merasakan sedih se-sedih sedihnya. Sekarang ini, praktik pacaran semakin dianggap biasa, laki-laki & perempuan bukan mahram berdua-duaan ditempat umum bukan hal aneh, dan anak-anak kecil ini menyaksikan semua itu. Mereka menontonnya di televisi, menyaksikannya di sosial media, bahkan hal itu hadir di keluarga atau lingkungan sekitar mereka.

To be honest, we can't blame internet or television or anything for it. Kita orang dewasa adalah yang paling bersalah atas rusaknya moral anak-anak kita. Jaman dulu ketika orang melihat muda-mudi berdua-dua'an apalagi masih mengenakan seragam sekolah, siapapun berani menegur dan membubarkan. Yang menegur berani karena tau anak-anak tsb melakukan perbuatan tidak baik dan yang ditegur pun tidak melawan karena sadar yang mereka lakukan salah. Lha sekarang? Boro-boro lah, selama bukan anak gue ya bukan urusan gue. Sekalinya ada yang berani menegur, eh si muda-mudi minus akhlak ini berani ngelawan tanpa merasa itu adalah sesuatu yang salah. Karena standar kebaikannya berubah, sesuatu yang dulu dianggap buruk sekarang dianggap normal dan biasa.

Hal ini juga tak lepas dari kebanyakan orang tua sekarang merasa lebih open minded, pikirnya; gak apa-apa pacaran yang penting pacarnya gak aneh-aneh, gak apa-apa pergi berdua yang penting izin, gak apa-apa mesra-mesraan yang penting gak berlebihan, dst. Padahal siapa yang menjamin apa yang dilakukan orang kasmaran ketika berdua-dua'an, sementara dalam islam sangat jelas peringatan soal khalwat sebagai pintu zina. Para orang tua ini tanpa sadar justru jadi pintu utama rusaknya moral generasi seterusnya. Nanti giliran terjadi hal-hal diluar kendali, mereka yang merasa paling tersakiti dan dikecewakan kepercayaannya oleh anak-anaknya. Padahal yang dulu sejak awal kasih izin juga siapa?

Nah, anak-anak kecil ini pun melihat. Mereka terbiasa melihat hal tersebut disekitar mereka sampai akhirnya mereka merasa inilah yang normal. Kalau aku suka sama seseorang, ya pacaran. Yang menyedihkan, masih banyak orang dewasa yang menganggap ini bukan hal serius, bahkan gak jarang menjadikan ini bahan bercandaan. Lihat anak perempuan dan laki-laki main berduaan, "Cieeee, pacarnya yaaa...". Atau malah disuatu percakapan saat kumpul keluarga, tiba-tiba si om menggoda keponakan laki-lakinya yang masih kelas 3 SD, "Abang, udah punya pacar belum di sekolah?". Yang akhirnya semakin menormalisasi hal ini di keseharian mereka.

Anak-anak kita ini, dijaga setengah mati saja bisa kecolongan, apalagi kalau sampai tidak dijaga. Hati-hati dengan bercandaan dan berhentilah menormalisasi hal yang salah. Pacaran itu sejak awal sudah salah, kalau kamu muslim dalilnya jelas, amat sangat jelas malah. Gak perlu pakai pembelaan "kami sudah dewasa, tau mana baik dan buruk", lha ya justru karena sudah dewasa dan sudah pandai belajar harusnya lebih nalar. Kalau mau anak-anak kita baik, jadilah teladan yang baik.

Sebagai orang tua dan orang dewasa, mulailah lebih peduli dengan anak-anak kita maupun anak-anak lain dilingkungan kita. Jangan sungkan menegur mereka ketika kita temukan mereka melakukan keburukan, kalau perlu samperin orang tuanya semisal liat anaknya kelakuan ngadi-ngadi. Kita gak mau kan di masa depan sampai melihat anak-anak berseragam merah putih atau bahkan lebih muda dari ini mesra-mesraan disudut jalan dan orang-orang menganggapnya sebagai hal biasa. Yuk kita jaga fitrah anak-anak kita. Jadi orang tua yang komunikatif dan dekat secara emosional dengan anak-anak. Saya pernah baca disebuah tulisan, anak perempuan yang dekat dengan ayahnya dan merasa sangat dicintai dirumahnya, tidak akan mencari cinta laki-laki lain diluar rumah, dan hal ini berlaku juga untuk anak laki-laki yang dekat dan merasa sangat dicintai ibunya. Jadi sampai sini paham kan apa yang harus dilakukan ketika anak-anak kita mulai tampak jauh dan mencoba mencari kenyamanan diluar rumah?

Nah, sekarang kalau ditanya, anak kecil pacaran salah siapa? Jawabannya jelas, salah kita orang dewasa yang tidak mau peduli & terbiasa menormalisasi perbuatan salah. Well, semoga Allah senantiasa memudahkan saya, kamu dan kita semua dalam mendidik anak-anak kita sesuai fitrahnya. Aamiin, aamiin, aamiin yaa rabbal'alamiin..

**Tulisan ini dibuat jauh hari sebelum saya merantau ke Maroko. Semoga adik-adik yang pernah saya bina (kelompok kecil, MBT KY! & Adeeva Squad) sentiasa dalam penjagaan Allah. Hidup kalian terlalu berharga adekku u/ sekedar main cinta-cintaan.^^

No comments:

Powered by Blogger.