Hati - Hati Nak, Nada Bicaramu Mungkin Melukai Hati Mereka...
"Mba', itu angkotnya tulisannya sidoarjo. Gak bisa ke tempat bule' kalo naik angkot kuning itu?"
"Gak bisa mi, itu tuh gak lewat tempat bule'"
berapa menit kemudian...
"Tapi tulisannya sidoarjo mba', mungkin aja bisa kita ke tempat bule' naik itu"
"Ummi tuh loh, kan tadi udah dibilangin sama bule' ke sidoarjonya itu naik angkutan yg mobilnya model mobil travel!"
"Yaudahlah ummi ngikut mba' aja"
tapi, gak selang 5 menit setelahnya...
"Harusnya bisa loh mba', coba aja kita naik itu"
"Mi, ummi itu gak percaya kali dibilangin! Itu tuh angkotnya gak lewat rumah bule' mi!"
"Ya mba' jangan marah - marah lah"
Deg! Saya langsung ngerasa bersalah karena sebal ditanya berkali - kali hal yang sama oleh ummi malah tanpa sadar nada bicara saya jadi seperti "membentak" ummi. :'(
*****
Kita sebagai anak mungkin banyak gak sadarnya kalau kadang cara bicara kita kepada orang tua yang menurut kita sepele bisa menggores hati mereka. Kita seringnya masa bodoh, dan gak jarang karena sudah jadi kebiasaan kita gak berniat untuk memperbaikinya. Saya sendiri kadang masih suka kelepasan meninggikan suara saat bicara entah itu sama ummi atau sama abi. Dan begitu sadar tanpa sengaja sudah meninggikan suara, biasanya saya langsung merasa bersalah "ini ngomong sama orang tuanya kok suaranya ky' mau bentak - bentak, istighfar jan!.
Satu hal yang paling sering saya lupakan sampai kebablasan meninggikan suara saat bicara dengan ummi dan abi, adalah kerap lupa kalau mereka gak akan selalu muda. Mereka akan semakin tua, dan kita yang lebih muda harus cepat - cepat sadar kalau bicara dengan orang tua memang harus banyak memaklumi.
Contoh kecil aja, saya pernah telpon abi dan cerita macem - macem, karena kebetulan saat itu libur semester, abi nanya - nanya tentang nilai kuliah. Saya jawab semuanya detil, sampe' yang dapet D pun saya ceritakan. Nah, selang tiga hari kemudian abi telpon lagi, kasih tau kalau sudah transfer uang kuliah, trus nanya - nanya tentang nilai kuliah lagi. Padahal baru dua hari yang lalu saya kasih tau. Kadang gak jarang, baru beberapa menit setelah saya jawab pertanyaan abi tentang sesuatu, terus abi mengulangi pertanyaan serupa. Kalau baru dua kali biasanya masih saya jawab, tapi begitu terjadi berulang kali, disaat itulah saya kelepasan, jadi jengkel karena harus menjelaskan hal yang sama berkali - kali.
Respon abi dan ummi ketika saya sebagai anak tidak sengaja meninggikan suara pun agak berbeda. Abi, biasanya merespon saya yang menjawab dengan nada tinggi dan ketus dengan tertawa, yang membuat saya tambah merasa bersalah. Sedangkan ummi langsung menegur saya misal: "mba' ini loh ngomong sama umminya kok kaya' orang marah - marah, kan ummi nanyanya baik - baik" atau "ya jawabnya pelan - pelan kan bisa mba', jangan marahlah, ummi kan lupa, namanya umminya sudah tua", dsb. Itulah, saya sebagai anak lagi - lagi lupa. Lupa kalau ummi dan abi saya semakin tua. Yang artinya juga semakin berkurang kemampuan fisiknya. Padahal baru tiga kali beliau menanyakan hal yang sama yang bisa saja lupa kalau pertanyaan tadi sudah ditanyakan, tapi saya sudah tidak sabar menjawab dan malah jengkel. Padahal saya yakin, saat saya kecil saya begitu sering menanyakan hal yang sama berulang kali dan ummi maupun abi akan selalu memberikan jawaban yang sama berulang kali dengan senang hati.
Tulisan ini sekali lagi mengingatkan siapapun, termasuk diri saya. Pelankan nada bicaramu dengan kedua orang tua kalian. Kalau ditanya, jawab yang baik. Kalau disuruh melakukan sesuatu, selama itu sesuatu yang baik dan tidak melanggar syari'at ya dilakukan. Kalau mereka menanyakan hal yang sama sampai berulang kali, bersabarlah dan berikan jawaban dengan perlahan dan tetap menjaga nada bicara. Karena bisa jadi disitu ladang pahala kita.
**Kalau ummi atau abi baca tulisan ini, maafkan mba' jannah ya mi, bi, kalau sampai sekarang pun sering tanpa sengaja meninggikan nada suara saat bicara dengan ummi atau abi. Uhibbukum fillah ummi.. abi..
Respon abi dan ummi ketika saya sebagai anak tidak sengaja meninggikan suara pun agak berbeda. Abi, biasanya merespon saya yang menjawab dengan nada tinggi dan ketus dengan tertawa, yang membuat saya tambah merasa bersalah. Sedangkan ummi langsung menegur saya misal: "mba' ini loh ngomong sama umminya kok kaya' orang marah - marah, kan ummi nanyanya baik - baik" atau "ya jawabnya pelan - pelan kan bisa mba', jangan marahlah, ummi kan lupa, namanya umminya sudah tua", dsb. Itulah, saya sebagai anak lagi - lagi lupa. Lupa kalau ummi dan abi saya semakin tua. Yang artinya juga semakin berkurang kemampuan fisiknya. Padahal baru tiga kali beliau menanyakan hal yang sama yang bisa saja lupa kalau pertanyaan tadi sudah ditanyakan, tapi saya sudah tidak sabar menjawab dan malah jengkel. Padahal saya yakin, saat saya kecil saya begitu sering menanyakan hal yang sama berulang kali dan ummi maupun abi akan selalu memberikan jawaban yang sama berulang kali dengan senang hati.
Tulisan ini sekali lagi mengingatkan siapapun, termasuk diri saya. Pelankan nada bicaramu dengan kedua orang tua kalian. Kalau ditanya, jawab yang baik. Kalau disuruh melakukan sesuatu, selama itu sesuatu yang baik dan tidak melanggar syari'at ya dilakukan. Kalau mereka menanyakan hal yang sama sampai berulang kali, bersabarlah dan berikan jawaban dengan perlahan dan tetap menjaga nada bicara. Karena bisa jadi disitu ladang pahala kita.
**Kalau ummi atau abi baca tulisan ini, maafkan mba' jannah ya mi, bi, kalau sampai sekarang pun sering tanpa sengaja meninggikan nada suara saat bicara dengan ummi atau abi. Uhibbukum fillah ummi.. abi..
No comments: