Penting Mana? Pacaran Apa Berbakti Pada Orang Tua?
Ceritanya, aku gak sengaja baca status orang pacaran yang lagi begado (bahasa medan: berkelahi) di timeline facebookku. Ya lucu aja, dulu sayang - sayangannya sampe' bikin pengen muntah, eh gitu kelahi langsung heboh sendiri saling sindir menyindir di status masing - masing (sumpeh dah anak alay bener). Bayangin aja, dalam semalem berjejer berturut - turut status dari satu orang yang katanya sedang "tersakiti" (iya, statusnya juga bikin sakit mataku) :P.
Maka, muncullah niat isengku. Salah satu statusnya itu minta pendapat, yaudah aku komen buat ngasih pendapatku yang "cetarrr".
lihat, komentarku yang paling bawah. yang lain aku sensor u/ privasi |
Bener toh? menurutku cuma orang goblok yang mau - maunya mempertahankan hubungan yang udah jelas - jelas gak punya masa depan (sampe' 4tahun loh, gilak). Kalo pas masih pacaran aja udah gak dihargain, gak yakin gue kalo sampe' nikah dia bakal dihargain.
Padahal itu komen aku tulis cuma main logika berdasarkan status yang dia pasang, eh habis aku tinggal ngerendem baju, balik lagi, komentarku sudah dihapus. Duh, itu gimana ya maunya? dia minta pendapat, tapi ketika ada orang yang gak sependapat komennya dihapus. Oh, bilang aja kamu maunya cuma nyari pembenaran kalau "yang tersakiti itu saya! cowok saya yang brengsek!". Kamu cuma pengen orang - orang mengasihani kamu dan ikut menyalahkan "si dia" yang tidak pernah menghargai kamu, dan terus - terusan menyakiti kamu. Ah ternyata kamu belum siap nikah (eh, belum dewasa)...
nah loh, kamu kan baru 4tahun, berarti kredit mobilnya belum lunas (eh) |
Dari awal aku pribadi bukan orang yang mendukung sesuatu yang disebut "pacaran", bahkan banyak yang suka gak percaya kalo aku kasih tau aku seumur - umur (20tahun) alhamdulillah kaga' pernah dah yang namanya pacaran. Mungkin karena dari kecil orang tua sudah menanamkan baik - baik bahwa yang namanya pacaran itu "gak boleh", karena mendekatkan pelakunya pada zina. Jadi se-"ndableg - ndableg"-nya aku, untuk gak pacaran itu jadi sudah semacam hal principal gitulah.
Tapi, meskipun aku gak pacaran, aku bukan orang yang suka nge-judge mereka yang pacaran. Itu terserah kamu sih ya mau pacaran, apalagi ketika kamu udah tau hukumnya pacaran tapi masih tetap melakukannya kan dosanya yang nanggung kamu sendiri, bukan orang lain.
Anehnya lagi, temen - temenku banyak yang koplak. Udah tau aku gak pacaran, tapi kalo ada masalah sama pacarnya malah curhat ke aku, minta pendapatku gimana seharusnya. Biasanya sih itu orang aku giniin: "kamu tuh aneh, kamu kan tau prinsipku, kalo kamu nanya pendapatku ya aku bilangnya gak usah pacaran aja.".
Yak kembali ke topik.
Serius nih, menurut kalian pentingan mana antara berbakti pada orang tua sama pacaran? Kalo aku sih bilangnya pentingan berbakti pada orang tua. Kenapa? karena ketika kita berbakti pada orang tua dan mereka meredhai kita, maka balasannya adalah surga. Pernah denger kan, redha orang tua itu adalah redha Allah (untuk sesuatu yang positif loh ya). Coba kalau pacaran, sudahlah tidak disukai Allah karena mendekatkan pelakunya pada zina, madharat dibandingkan manfaatnya pun masih banyak madharatnya. Apa iya pacar kita bisa mengantarkan kita ke surga? wong dari awal saja prilaku ini sudah tidak disukai Allah.
Nah gimana ketika orang tua kita meridhai kita pacaran, malah kalo jomblo dipacok - pacokin sama anak - anak temennya mereka? kalau kita melaksanakannya berarti kita berbakti pada orang tua kan? Duh dek, logika kamu kok jadi kebolak balik. Yang namanya pacaran aja sudah gak disukai Allah, berarti kalau orang tua kamu nyuruh - nyuruh pacaran, mereka perlu kamu nasihatin. Karena yang mereka perintahkan ke kita itu berlawanan dengan apa yang Allah perintahkan. Jadi itu gak bisa disebut berbakti.
Ada nih kasus tentang "seseorang" yang kita sebut saja si Fulanah (cewek loh ya). Fulanah ini ceritanya anak tunggal, nah yang namanya anak tunggal ini kan biasanya sangat diperhatikan oleh orang tuanya, apalagi cewek. Tapi sayangnya si Fulanah ini gak sadar kalau dia di sayang oleh orang tuanya. Ceritanya Fulanah berpacaran dengan Fulan. Padahal ayah si Fulanah ini melarang keras anaknya berpacaran, makanya si Fulanah ini pun pacaran diam - diam tanpa diketahui ayahnya (backstreet). Tapi ibunya Fulanah ini tahu dan malah mendukung anaknya (kalo aku bilang sih ikut komplotan sama anaknya dan menutup - nutupi kenyataan anaknya pacaran dari suaminya). Gimana menurut teman - teman kasus si Fulanah ini?
Kalau kuanalisis, sikap ayah si Fulanah ini sudah benar sebagai kepala keluarga dan melarang anak perempuan semata wayangnya untuk gak boleh pacaran. Kenapa? Coba deh kalian bayangkan, jika ia membebaskan anaknya kemudian terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, apa gak nangis darah? anak tunggal loh. o_O. Nah, soal sikap ibunya Fulanah, entah kenapa aku merasa beliau secara tidak langsung bisa disebut durhaka kepada suaminya. Lha iya, wong suaminya punya keputusan baik kok bukannya nasihatin anaknya malah didukung backstreet. Itu ibu macam apa? Ah, sudahlah... Kita do'akan saja semoga Fulanah dan Ibunya diberikan hidayah. Aku gak bisa bayangin perasaan ayah Fulanah kalau tahu selama ini dia dibohongi istri dan anaknya. It's hurt man...
Dan kasus begitu gak cuma satu dua. Banyak... bahkan ada juga yang jelas - jelas dilarang oleh kedua orang tuanya, tapi tetep bela - belain pacaran diem - diem. Duh, sekali lagi aku pengen nanya: apa pacar kamu itu menjamin kamu masuk surga? apa pacar kamu bisa menyelamatkan kamu dari siksa api neraka? aku bener - bener gak habis pikir.
Sekali lagi, kamu mau pacaran apa enggak itu terserah kamu, tapi tolong fikirkan lagi ketika orang tua kamu sudah melarangnya dan kamu masih tetap melakukannya. Jangan sampai keluar do'a - do'a yang nantinya bikin kamu menyesal. Kalau kata orang dulu, jangan ngeyel kalo dikasih tau yang baik sama orang tua, nanti kualat. Kamu pasti gak mau dong, nunggu kualat dulu baru sadar. Iya kalau kualatnya didunia, kalau kualatnya sampai alam kubur? Hiii....
Oke, sekian dulu untuk hari ini. Panjang juga tulisanku hari ini. Selamat siang dan selamat beristirahat...^^
hai jannah... apa kabar?
ReplyDeletehai mba' novi.. kabarku baik.. mba' novi baik juga? :)
Delete